يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Kamis, 23 November 2017

Apa Kabar One Day One Article?

Duduk diperpust mengingatkan akan semangat beberapa waktu lalu untuk mengikuti jejak Mantan Rektor UIN Maliki Malang -Prof. Imam Suprayogo -, menulis satu artikel saben hari. Entah tulisan tentang apa yang penting baik, maka tulislah dan bagikan kepada sesama. Menulis mencerdaskan dan menulis menjadikan kita hidup. Bahkan lebih dalam dari itu, pesan seorang pakar menulis, Ibu Asri bilang, “menulis adalah seni menyampaikan kebenaran, jika orang berilmu tidak menulis maka orang bodoh yang akan menyebarkan kesesatan”.

Apalagi zaman seperti saat ini. Tulisan banyak yang main. Dunia sosmed adalah dunia tulisan. Walau hanya koment satu dua tiga kalimat itu juga tulisan.

Menuangkan ide lewat tulisan memang tidak mudah. Beda dengan bicara. Tanpa grammer yang benerpun ucapan sudah bisa diterima pendengar. Adapun menulis ada tata bahasa yang harus diperhatikan sehingga sedikit lebih sulit. Ya bukti gampangnya adalah semua orang didunia ini bisa bicara –kecuali yang tuna wicara-, tapi tidak semua mau atau bisa menuangkan apa yang ada dalam pikiran ke bentuk tulisan.

Kehilangan Ide adalah salah hal yang kadang membuat menulis jadi mancet. Memunculkan ide/gagasan tulisan memang sulit-sulit mudah. Mengambil dari hal keseharian kita itu adalah bahan tulisan yang paling ringan. Bahwasannya ada ibrah/pelajaran dalam setiap yang kita lakukan, lihat maupun dengar.

Nah, ide berikutnya bisa dimunculkan dari membaca berita ataupun mendengarkan berita. Biasanya kalau membaca atau mendengar berita, lisan ini berkomentar. Nah tuangkan komentar itu ke dalam bentuk tulisan. Bisa jadi dari situ sebuah artikel mampu diselesaikan. Hem.

Ide juga bisa dimunculkan dari melamun. Melamun atau merenung ya? Kalau melamun jangan dilakukan deh, yang diperintahkan Allah Swt itu mentadabburi, berarti merenungkan, memikirkan. Nah merungkan apa yang bisa memunculkan tulisan? Jawabnya: merenungi Alquran salah satunya. Dari membaca Alquran plus terjemahnya apalagi bila ditambah tafsirnya, pasti ada ilmu. Nah ilmu yang didapat ini ditulis ulang trus di share. Jadilah tulisan. Wah, jadi ingat pesan salah satu instruktur diklat kapan lalu, menulis itu adalah seni ATM. Yang M itu yang cocok tuk ini, yaitu Modifikasi. Hehe.

Sebenarnya apa aja itu bisa menjadi tulisan. Pakar menulis itu contohnya tidak kehabisan ide tuk menulis. Tinggal kita aja mau menuangkan dalam tulisan atau tidak. Kalau di dunia kampus pasti juga pada menulis. Menulis makalah berapapun buktinya bisa selesai. Entah murni copas atau murni merangkai sendiri, pastinya yang sekolah pada bisa menulis.

Tapi memang beda, menulis menyampaikan kebenaran atau tujuan dakwah dengan tulisan akademik. Ada pendapat-pendapat pribadi yang harus dimunculkan. Dan ini seiring dengan keluasan ilmu yang dimiliki seorang penulis. Makin tebel ilmunya makin berkwalitas pula tulisannya. Hem, jadinya kembali ke ilmu. Mau berilmu, maka harus menuntut ilmu.

Akhirnya, menulis jadikan sebagai bagian dari hidup. Para ulama dahulu hidup sampai sekarang juga karena tulisan. Bahkan tulisan mereka menjadi jariyah yang mengalirkan pahala terus menerus. Tentunya, kita juga berkemauan memiliki simpanan jariyah yang akan mengalirkan pahala walau raga sudah menyatu dengan asal usul penciptaan manusia. Wallahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah