يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Sabtu, 20 Januari 2018

GLOBALISASI SAMA DENGAN BARATISASIKAH?

Pembaca blogger yang budiman, setuju ataukah tidak saudara/i dengan judul diatas? Setuju atau tidak yang pasti, kita harus menerima kenyataan bahwa ketika globalisasi dilegalkan maka mulai pemikiran, produk hingga gaya hidup orang barat memberikan warna di negeri ini.

Produk barang mulai dari kentucky, coca cola, Mc Donald’s, T-shirt, pakaian you can she, CNN, majalah forbes dan sebagainya masuk di negeri ini. Adapun pemikiran seperti matrealisme, sekulerisme, kapitalisme, liberalisme telah menghiasi otak generasi saat ini. Tak ketinggalan gaya hidup liberal seperti LGBT, gaul bebas, sex bebas mewabah dikalangan pemuda.  Dan kemudian arus informasi sedunia dapat di raih hanya dengan sekali klik search engine google akan muncul berita apa yang dicari.

Pelan tapi pasti, globalisasi menggerus citarasa lokal. Perubahan ini membawa penyakit baru. Liberalisasi mengeser tatanan religiusitas, spiritualis menuju kebebasan tanpa nilai agama. Tata nilai kesopanan, kesusilaan berubah jadi perilaku norak sok modern. Munculnya remaja bergaya punk, berambut jabrik, berpakaian pensil ala koboy seolah itu yang ngetop. Rasa malu ditutup dengan keberanian yang salah kaprah. Tidak sedikit remaja wanita yang berani dengan para laki-laki. Keluar bareng hingga pesta narkoba bareng  sebagaimana yang dilakulan sejumlah pemuda di bekasi beberapa hari lalu. Tak ketinggalan nonton di bioskop ataupun ngalor ngidul bersama para laki-laki. astagfirullah.

Materialisme mengerus kemanusiaan. Demi jabatan tidak sedikit yang maen sikut walau itu dengan saudara. Demi popularitas tega memfitnah dan menjatuhkan saudara. Demi harta rela main main dengan menerima suap dan mencuri uang rakyat. Inilah penyakit akibat globalisasi tanpa dibalut iman.
Tokoh India Mahatma Gandi menyebutkan 7 penyakit global yaitu, politik tanpa prinsip, pendidikan tanpa karakter, kaya tanpa bekerja, perdagangan tanpa moralitas, kenikmatan tanpa hati nurani. Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan dan agama tanpa pengorbanaan.

Satu sisi yang lain, globalisasi juga memberikan dampak positif, seperti kemajuan teknologi Barat yang bisa diteladani. Dengan kemajuan teknologi yang dimiliki oleh negara-negara Barat memberikan kemudahan atas kebutuhan manusia. Demikian  juga dengan perkembangan ilmu pengetahuannya.

Globalisasi membawa dampak plus minus. Maka proteksi atas dampak negatif ini harus dilakukan. Dan sebagai generasi pemegang estafet hendaknya kita bersikap progresif menyiapkan diri menjadi pemain dalam tatanan global dunia.

Citarasa sebagai muslim harus tsiqah dipegang. Menjadi pribadi muslim yang teguh memegang prinsip Islam ditengah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Membalik kondisi dari globalisasi = baratisasi menjadi tatanan dunia berperadaban Islam. Berani menerima tantangan ini?

Dipun Waos Piantun Kathah