Teladan dalam memenej segala urusan itu ada pada diri Rasulullah Saw. Walaupun saat ini telah beredar banyak sekali buku yang membahas manajemen, akan tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan Nabi Saw dalam pengaturan urusan kehidupan.
Kelebihan menejerial Nabi ini setidaknya disebabkan dua faktor. Pertama, bahwa apa-apa yang beliau lakukan bersumber dari wahyu. Kedua, keikhlasan Nabi Saw.
Andai tanpa bimbingan wahyu maka mustahil Nabi Saw bisa sesukses itu menjalankan peran beliau yang tidak hanya tunggal. Mulai dari peran sebagai kepala keluarga, Nabi, dan juga kepala negara. Apalagi beliau sosok yang tidak pernah menempuh dunia pendidikan sama sekali. Beliau hanya mendapatkan tarbiyah dari Allah Swt semata.
Andaikan pula dalam menjalankan perannya tersebut Nabi Saw tidak ikhlas maka pasti ada motif duniawi yang mengiringinya. Motif duniawi ini akan diarahkan kepada kemanfaatan bagi pribadi, keluarga, bani, kelompok, ataupun ras tertentu. Sehingga dalam pengelolaan berbagai urusan akan ada ashobiyah dan ketidakwajaran pengaturan. Syukurnya Nabi Saw melarang ashobiyah sehingga beliau memenej urusan kenegaraan dan menjadikan petunjuk Allah Swt sebagai pijakannya.
Dalam penerapan manejerial modern saat ini, tidak keliru apabila para menejer menjadikan kalam Allah Swt sebagai pijakan dan ikhlas sebagai pondasinya. Mengingat sumber daya manusia suatu organisasi dengan segala keragaman di dalamnya membutuhkan seni pengelolaan tersendiri. Sumber daya manusia adalah makhluk berakal sehingga manajemennya bukan sekedar pengaturan SDM akan tetapi pengelolaan SDM.
Pola pengaturan memiliki sifat hirarkis yang bersifat atasan kepada bawahan. Model seperti ini bisa membuka pintu kediktatoran, otoriter, cenderung pada aku atasan kamu bawahan. Atau dalam bahasa lainnya relasi atasan dengan bawahan bersifat top-down bukan buttom-up. Relasi buttom-up pernah dicontohkan Nabi Saw saat menerima ide Salman Al Farisi dengan pembuatan parit sebagai metode mengalahkan musuh dalam perang Khandaq. Walau beliau seorang Nabi bersedia menerima masukan dari bawahannya.
Adapun dalam pola pengelolaan memiliki sifat buttom-up dan top-down yang seimbang. Sinergi pimpinan dengan bawahan dalam rangka meraih tujuan bersama. Pimpinan akan berusaha mengelola SDM yang ada tanpa diskriminasi dan terbuka dilakukan. Sehingga semua merasa akan kepemilikan organisasi dan berinovasi dalam meraih prestasi dan kemajuan organisasi.
Rasulullah Saw memberikan contoh dalam mengelola para sahabatnya. Umar bin Khattab yang keras sedangkan Abu Bakar yang lembut, potensi kedua sahabat ini berhasil dikelola Rasulullah sehingga memberikan kontribusi dalam dakwah Islam.
Ketangguhan Umar bin Khattab dalam berperang menjadikannya terkenal dikabilah Arab, demikian juga keahliannya dalam berdiplomasi. Kelebihan inilah yang menjadikan Nabi Saw meminta langsung kepada Allah Swt agar Islam dikuatkan oleh Umar bin Khottob atau 'Amr bin Hisyam. Dan Allah Swt menjawab doa Nabi dengan memberikan Umar bin Khattab yang dikemudian hari menjadi Khalifah ke 2. Dan ditangan Umar wilayah Islam mengalami perluasan. Seperti Mesir, Palestina, Persia, Bizantium dan Persia masuk kekhilafahan Islam.
Selain interaksi atasan dengan bawahan lingkup lainnya dari manajemen SDM adalah penempatan SDM dalam organisasi, pengembangan potensi, job description, pengembangan karir dan lain sebagainya. Kesemuanya dari manajemen SDM ini urgent. Mengingat bahwa keberadaan SDM ini tidak dapat digantikan oleh barang. Sehingga wajar bila SDM menjadi potensial untuk dijadikan fokus pimpinan organisasi.
Manajemen SDM yang dijalankan Nabi Saw memang tidak sedeskriptif teori yang berkembang saat ini. Namun apabila diijtihadi aktivitas memenej SDM itu telah Nabi jalankan. Sebagai contoh diatas dan juga pemilihan Mus'ab Bin Umair sebagai juru dakwah. Zuhud, jujur, cerdas sifat Mus'ab bin Umair inilah yang memikat hati rakyat Madinah sehingga mereka bersegera menyambut seruan Mus'ab untuk masuk Islam.
Demikian pula dipilihnya Ali Bin Abi Thalib sebagai pembawa panji kehormatan Nabi dalam perang Kaibar karena Ali r.a adalah sosok yang mencintai Allah dan RasulNya, demikian pula ia dicintai oleh Allah dan RasulNya. Jadi dalam penempatan personel, Nabi Saw selain menlandaskan pada kecerdasan aqal, ketrampilan personal juga faktor spiritual.
Inilah sebagian sisi kehidupan Rasulullah Saw yang memberikan petunjuk sekaligus inspirasi bagi para manajer saat ini. Sebuah inspirasi dalam pelaksanaan manajemen SDM. Allah Swt berfirman: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat: 21). Wallahua'lam.