يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Senin, 08 Oktober 2018

WOMEN PEACEKEEPERS, AKANKAH MENJADIKAN DUNIA DAMAI?

Menlu RI Retno LP Marsudi menjelaskan bahwa sidang Majelis Umum PBB ke-73 yang diselenggarakan di New York akan menghasilkan deklarasi politik salah satu pointnya tentang peacekeeping atau penjagaan perdamaian. Masih penjelasan Menlu Retno bahwa dalam pertemuan sebelumnya, para Menlu di Mentroal Kanada telah membahas akan pentingnya meningkatkan peran wanita sebagai peacekeepers atau penjaga perdamaian (www.republika.co.id). Dari data UN saat ini masih 3% dari peacekeepers perempuan.

Kebutuhan akan women peacekeepers ini didorong oleh meningkatnya konflik di dunia. Dimana wanita dan anak-anak menjadi korban terbanyak saat dan pasca perang. Unicef menyebut Januari 2018 sebagai bulan kegelapan di Timur Tengah dan Afrika Utara. Direktur Unicef menyebut konflik di kedua wilayah tersebut telah merenggut banyak nyawa anak-anak (www.internasional.kompas.com).

Adapun korban konflik Rohingya tak kalah memilukan. Sekitar 48.000 perempuan Rohingya mengungsi ke Bangladesh dalam kondisi hamil. Mereka sebagian besar adalah korban pemerkosaan militer Myanmar (www.inews.id).  Demikian juga konflik Palestina yang belum berkesudahan. Korban nyawa sudah tidak terhitung. Meninggalkan trauma dan tekanan psikologis adalah pasti.

Konflik antar negara ataupun intern negara tidak bisa dilepaskan dari politik dunia saat ini. Dimana politik dunia saat ini berlandas pada ideologi kapitaliesme dengan asas sekulerisme. Ideologi ini memutus kesadaran manusia akan hubungannya dengan penciptanya. Agama hanya sebatas penyembuh dahaga spiritualitas. Sedang kehidupan dunia dilepaskan dari aturan Rabbnya.

Dunia diperjuangkan untuk kejayaan diri dan bangsanya.  Nafsu untuk berkuasa dan saling menguasai itulah yang mendominasi. Perang antar suku, ras, bangsa adalah buktinya. Perang di Timur Tengah dan Afrika Utara tidak bisa dilepaskan dari campur tangan negara-negara pengusung ideologi kapitaliesme. Krisis Rohingya dan lemahnya respon dunia memunculkan pertanyaan: HAM itu untuk kepentingan siapa?

Sekarang, ketika korban sudah banyak berjatuhan, trauma mendalam dikalangan wanita dan anak-anak, sang pengusung ideologi kapitalisme dengan lembaga internasionalnya (PBB) mengajak negara di dunia  untuk mewujudkan peacekeeping. Dengan seruan untuk meningkatkan jumlah perempuan sebagai penjaga perdamaian (peacekeepers).

Sebelumnya, melalui gerakan pemberdayaan perempuan ideologi kapitaliesme membidik perempuan untuk menghasilkan materi/kapital. Dengan wanita berpenghasilan maka akan memberi nilai tambah bagi perekonomian. Seperti menambah income negara melalui pajak. Mengutip pernyataan menteri keuangan Sri Mulyani dalam acara International Women’s menyampaikan bahwa keuntungan pemberdayaan wanita tidak hanya untuk keseimbangan dunia tetapi juga untuk kekuatan ekonomi (www.kemenkeu.go.id).

Kini, ideologi kapitaliesme membuka peluang bagi wanita untuk menjadi penjaga perdamaian (peacekeeper). Padahal konflik –peperangan, kekerasan- di dunia saat ini adalah produk penerapan ideologi kapitaliesme. Jadi, ibarat dunia ini terkena penyakit, women peacekeeper ini fungsinya untuk merawat korban dari penyakit tersebut. Virus –ideologi kapitalisme- sebagai penyebab penyakit itu tetap dipelihara.

Dengan demikian, jika dunia ini serius menginginkan perdamaian, solusinya adalah penerapan Islam. Islam yang rahmatan lil’alamin. Islam inilah yang akan menuntun manusia pada pemikiran dan perasaan yang benar. Menjadikan manusia menegakkan keadilan dan kebenaran untuk seluruh manusia. Walau itu beda agama, ras, suku dan bangsanya.

 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS Al Hujurat: 13). Wallahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah