يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Minggu, 19 Desember 2021

Moderasi Berkah Atau Musibah

Bahaya Moderasi Beragama

Ketiga, dalam kacamata moderasi, budaya di atas aqidah. Walaupun budaya itu mengandung syirik dan tahayul harus dilestarikan. Bagi yang tidak menghargai budaya disebut radikal. Entah ruginya negara dimana jika ada rakyat tidak mengambil budaya yang bertentangan dengan aqidah dan syariahNya? Padahal harusnya bersyukur ada rakyatnya yang taat syariah karena umara'pun mendapatkan limpahan pahala jika memfasilitasi ketaatan. Malah umara' mendapatkan dosa jika melestarikan kesyirikan atas nama budaya. 

Keempat, komitmen kebangsaan dalam cara pandang moderasi adalah politik demokrasi. Politik demokrasi memberi sekat teritorial atas persatuan kaum muslimin. Seperti ide nasionalisme. Ide ini menjadikan umat Islam antar benua tidak lagi bisa merasa satu tubuh. Sehingga seperti penderitaan muslim Palestine tidak bisa dibela dengan jihad fisabillah oleh muslim dibelahan negara lainnya. Padahal Rasulullah SAW bersabda:

"Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan demam" (HR Bukhari)

Politik demokrasi juga menjadikan manusia sebagai pembuat hukum dan melarang agama dijadikan pijakan bernegara. Tentu ketentuan ini menjadikan umat Islam meninggalkan hukum-hukum yang telah Allah SWT tetapkan. Baik hukum dibidang pemerintahan, ekonomi, politik, sosial, hankam dan lainnya. 

Berikutnya, politik demokrasi mengusung liberalisasi, kapitalisasi diberbagai bidang. Dari ekonomi, kesehatan, sosial, pendidikan dan lainnya. Dan pengaturan yang demikian ini merugikan rakyat selain bertentangan dengan syariah. 

Politik demokrasi juga menderaskan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan disektor ekonomi. Kesetaraan gender yang diingini demokrasi adalah setara disemua ranah. Padahal dalam Islam ada pengaturan yang tidak sama antara laki-laki dan perempuan. Seperti, ketentuan pemimpin negara, ketentuan waris, ketentuan safar, ketentuan bekerja, ketentuan aurat, ketentuan imam sholat dan lainnya. 

Adapun pemberdayaan perempuan yang dimaui dalam sistem kapitalisme-demokrasi ini adalah wanita bisa menjadi mesin penghasil uang. Sehingga kaum wanita yang tidak berpenghasilan distigma tidak berdaya tidak berguna. Sehingga mainstream para wanita memandang bekerja menjadi kewajiban bukan lagi mubah sebagaimana ketentuan dalam Islam. 

Salah satu bahaya dari pandangan ini adalah tergesernya peran domestik perempuan dan lebih mengutamakan peran publik. Padahal peran domestik perempuan ini adalah yang wajib dalam pandangan syara'. Jebakan pemberdayaan perempuan ini bisa ditelikung dengan peningkatan pemahaman agama seorang muslimah. Dengan bekal agama kaum perempuan bisa menolak kekeliruan kaum genderis.

Inilah diantara bahaya moderasi, yang sebenarnya program ini deferinsial dari asas sekulerisme dengan ideologinya kapitalisme. 

Khatimah

Ibarat ikan yang habitatnya hidup di air tawar tapi dipaksa hidup di air laut maka tidak akan bisa bertahan hidup. Pun demikian pula dengan umat Islam saat ini. Banyak ide yang lahir dari ideologi kapitalisme yang dipaksakan atas kaum muslimin. Yang mati bukan orang Islamnya tapi ajaran Islamnya. Umat Islam tidak akan bisa lepas dari agamanya disetiap persoalannya. Karena agama ini sempurna. Melepaskan ajaran Islam bukan hanya orang Islam yang menderita akibatnya tapi juga alam beserta isinya. Cukupkan ayat ini menjadi alarm agar kita untukkuntuk menerapkan Islam diseluruh aspek kehidupan.

وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al Anbiya 21: Ayat 107). 

Wallahua'lam bis showwab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah