يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Senin, 17 Januari 2022

Dibela dan Membela Siapa?

Media ramai membicarakan Ferdinand Hutahaean disebabkan twit tannya. Kutipan cuitan FH, "Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah, harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, Dialah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela" (news.detik.com, 11/1/2021)

FH menyebut cuitan itu adalah ungkapan dialog dia dengan dirinya sendiri. Tidak mengarah pada agama atau kelompok tertentu.

Tapi, fakta menjadi objek yang dihukumi. Jadi, betul jika kemudian kepolisian memperkarakan twit FH tersebut. 

Berfikir Sebelum Berkata

Pemisahan agama dari kehidupan -sekulerisme- telah  mengurangi frekuensi seseorang ingat dengan Al Khaliqnya. Melemahkan kesadaran pengawasan Allah SWT dalam setiap helaan nafasnya. Menjadikan seseorang berorientasi dunia, sehingga perkataan dan perbuatan ngeloyor begitu saja.

Seorang hamba yang beriman dilarang berkata dan berbuat yang ia tidak memiliki ilmu dan pengetahuan tentangnya. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗ اِنَّ السَّمْعَ وَا لْبَصَرَ وَا لْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَا نَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 36).

Lepas dari ada atau tidaknya motif politik FH, dilihat sudut keimanan maka pernyataan FH tersebut tidaklah benar. 

Pertama, ketika menunjuk 'Allahmu' artinya ada ilah -Tuhan- lain yang diakui. Dan ini adalah bentuk menyekutukan Allah SWT dengan Tuhan yang lain. 

Kedua, penyebutan 'Allahku tidak perlu dibela', menimbulkan pertanyaan. Jika Allah SWT diduakan oleh seorang muslim dengan sesembahan lainnya, apakah anda akan mendiamkannya? Ketika anda mengingatkan orang tersebut, maka siapa yang anda bela? 

Membela Allah SWT

Katakanlah, "Allah itu Esa" (QS Al ikhlas: 1).  Artinya umat Islam harus meyakini bahwa Allah SWT itu Esa dan tidak ada Tuhan/sesembahan selain Allah SWT. Tidak ada Allah-Allah lain, selain Allah SWT. Dan Allah SWT  memiliki 99 Asmaul husna. 

Allah SWT adalah Al Khaliq -pencipta-, sedang manusia salah satu makhluk ciptaan Allah SWT. Maka Allah SWT berfirman, 

اَللّٰهُ الصَّمَدُ

"Allah tempat bergantung." Q( Al-Ikhlas 112: Ayat 2)

سَنَفْرُغُ لَـكُمْ اَيُّهَ الثَّقَلٰنِ 

"Kami akan memberi perhatian sepenuhnya kepadamu wahai (golongan) manusia dan jin!" ( Qs. Ar Rahman 55: Ayat 31)

Itulah Allah SWT, yang akan selalu membela, menolong hamba-hambaNya, karena tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah SWT. Jadi Allah SWT tempat bergantungnya manusia.

Keimanan seorang muslim kepada Allah SWT menjadikan dirinya bergerak, berupaya menjaga agar manusia tidak melanggar ketauhidannya Allah SWT.

Maka Nabi Ibrahim membela Allah SWT saat bapaknya dan kaumnya menyembah berhala. Nabi Musa membela Allah SWT saat ada Firaun yang mengaku sebagai Tuhan. Nabi Isa meluruskan bahwa Allah SWT tidak mengambil anak dari kalangan manusia juga malaikat. Nabi Muhammad membela Allah SWT dengan membersihkan semua bentuk kesyirikan. 

Jadi, pembelaan kepada Allah SWT adalah implementasi keimanan dan ketaatan seorang muslim. Bentuk cintanya kepada Allah SWT. Bentuk pengorbanannya untuk Al Khaliq nya. 

Inilah panggilan keimanaan untuk menjaga dienullah. Panggilan iman inilah yang telah diteladankan oleh para nabi. Mereka diangkat oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalahNya. Dan teladan para nabi dalam membela Allah SWT dan agamaNya inilah yang harus diteladani. 

Khatimah

Jika akal jadi Tuhan

Logika jadi cara berfikir

Hasilnya akal-akalan

Muncullah statement tak wajar

Astagfirullah

Semoga kita selalu dalam hidayah dan taufiqNya. Aamiin.

Wallahua'lam bis showwab.




 








 


























    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah