يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Selasa, 08 Maret 2022

Serba Naik, Penghasilan Naik?

Ibu-ibu, pasti tahu, kalau harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Dari harga kedelai sehingga tahu dan tempe jadi naik. Minyak goreng yang harganya tidak stabil, terasa langka. Harga daging sapi juga melonjak. Gas pun tidak mau ketinggalan ikut naik. Sumber karbohidrat -beras- harganya pun juga naik.

Ditengah harga kebutuhan yang naik, apakah penghasilan kita naik? Atau malah menurun?

Tidak terbayang, betapa repotnya para ibu mengatur perputaran uang untuk membeli kebutuhan harian. Belum lagi untuk bayar listrik, biaya sekolah, pulsa, biaya kesehatan. Hem, pasti cepat kosongnya dompet. Dan tinggal pasrah ketika belum tanggal tua tapi harus puasa. Waduh.

Anda Kaya, Harga Naik Tidak Apa-Apa?

Ketua BPS Margo Yuwono menjelaskan bahwa garis kemiskinan dihitung berdasarkan pengeluaran bulanan dari seorang penduduk. Penduduk dikategorikan miskin jika pengeluaran perbulannya di bawah Rp 472.525 (https://m.liputan6.com/bisnis/read/4607816/bps-penduduk-berpenghasilan-di-bawah-rp-472525-per-bulan-masuk-kategori-miskin?)

Bagaimana, setujukah anda dengan pengkategorian miskin tersebut? Anda yang sebulan pengeluarannya di atas Rp. 472.525 tidak miskin. 

Coba sekarang kita hitung. Sebuah keluarga dengan suami yang kerja, istri ibu rumah tangga dan 1 anak. Sebulan berapa kg beras yang dibeli? Bila satu keluarga ada 3 orang, perhari 1/2 kg beras. Berarti sebulan 15 kg. Klo perkilo 10rb, berarti untuk beras saja 150rb. Minyak goreng perpekan 1 liter, berarti sebulan 4 liter. Jika harga per liter 15rb berarti sebulan 60rb. Beli lauk sayur perhari di jatah 9rb, berarti satu bulan habis 270rb. Ditotal 480.000. Angka ini di atas garis kemiskinan. Berarti keluarga ini tidak miskin. 

Padahal fakta dilapangan masih ada tepung terigu yang harus dibeli, gula, kecap, garam, gas, ikan, uang jajan anak-anak, listrik, pulsa, biaya kesehatan, bensin, biaya pendidikan dan lain-lain? Belum lagi kebutuhan sekunder dan tersier. 

Inilah fakta kapitalisme dalam menetapkan standard sejahtera pada keterpenuhan kebutuhan sangat minimalis. Betapa kejam sistem ini. Jadi, di mata kapitalisme, anda tidak miskin walau sehari-hari hanya makan nasi, tahu tempe, sayuran. Walau kebutuhan pokok lainnya tidak terpenuhi. 

Naiknya Harga Karena Siapa?

Naiknya kebutuhan pokok, tentu, bukan demi rakyat.  Dikutip dari kompas.com bahwa keberadaan kartel menjadi penyebab kelangkaan dan kenaikan minyak goreng. (https://money.kompas.com/read/2022/02/04/212547026/diduga-jadi-penyebab-harga-minyak-goreng-naik-apa-itu-kartel?)

Apa itu kartel? Kartel adalah persetujuan sekelompok perusahaan untuk mengendalikan harga komoditas tertentu. Nah, ternyata kartel ini tidak hanya pada migor -minyak goreng-. Tapi beraspun ada kartelnya. Menurut direktur utama perum bulog Budi Waseso pasar pangan di Indonesia hampir 100% dikuasai oleh kegiatan kartel atau monopoli (https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4560075/buwas-pasar-pangan-ri-94-dikuasai-kartel-bulog-hanya-6)

Keberadaan kartel ini bisa mematikan persaingan sehat di pasar. Kartel bisa mengendalikan jumlah produksi, wilayah pemasaran hingga harga di pasar. Kartel tidak hanya bisa mempermainkan konsumen, bahkan negarapun bisa dibuat takluk. Buktinya, kenaikan harga yang memiliki siklus hampir tetap. Tahun baru, ramadhan, syawal, harga pasar dunia, dan impor menjadi alasan naiknya harga barang. 

Selama sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan, maka selama itu rakyat akan menjadi korban. Dan segelintir konglomerat korporat akan menguasai pasar perdagangan. 

Terapkan Islam Kaffah

Praktek kartel tentu bukan bentuk penerapan ekonomi Islam. Demikian pula penguasaan / pengelolaan kekayaan milik umum dan negara oleh swasta. 

Perilaku bergantung pada impor dan melalaikan swasembada pangan memperjelas dukungan negara pada swasta bukan pada rakyat.

Ketidakstabilan harga pangan dunia adalah gambaran bahwa pangan dunia saat ini dikendalikan raksasa kartel dan negara berkembang hanya bisa mengikuti ritmenya. Karena kapitalisme global mewadahi semua kondisi tersebut.

Meninggalkan kapitalisme dan menerapkan Islam kaffah adalah  solusi. Kesejahteraan dalam Islam diukur perkepala. Hingga semua kebutuhan pokok rakyat terpenuhi dan dijamin keterpenuhanya oleh negara. 

Bernegara dalam Islam bagian dari ibadah. Pemimpin diangkat untuk menerapkan shariah Islam di semua aspek.

Mengurus rakyat sehingga sejahtera untuk urusan dunianya dan selamat di akhirat kelak. Semoga umat menuntut penerpan Islam kaffah. Dan Allah SWT segera mewujudkan sabda NabiNya akan tegaknya kembali khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Aamiin aamiin yaa mujiibassaailiin.

Wallahu a'lam bis showab








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah