يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Minggu, 28 Agustus 2022

Non Biner, Fakta Atau Mengada-ada?

Ada yang menarik dari tanya jawab dosen UNHAS dengan mahasiswa saat pengenalan kehidupan kampus. Sebagaimana diberitakan laman viva.co.id bahwa sang dosen menanyai jenis kelamin mahasiswa tersebut. Dan mahasiswa menjawab, bahwa dirinya non biner atau non binary (https://www.viva.co.id/amp/gaya-hidup/kesehatan-intim/1511878-viral-mahasiswa-diusir-dosen-mengaku-non-biner-apa-itu-non-biner?page=1)

Tidak Konsentrasi Atau Lupa Definisi?

Jika dilihat dari pertanyaannya, siswa SD pun bisa paham dengan pertanyaan itu. Merekapun akan menjawabnya dengan mudah. 

Tapi, kenapa tidak untuk si mahasiswa tersebut? Apakah ia sedang tidak konsentrasi atau lupa definisi atau menguji sang dosen? 

Setelah viral, ternyata mahasiswa tersebut membawa surat pernyataan permohonan maaf kepada fakultas hukum dan dosen yang memintanya keluar saat masa pengenalan kehidupan kampus bagi Maba. Dan masalah ini dianggap selesai. (https://nasional.tempo.co/read/1626907/kasus-perundungan-mahasiswa-non-biner-di-unhas-dianggap-selesai)

Ketika mahasiswa sudah bisa memberikan jawaban dengan istilah non biner itu artinya ia telah mempelajari ilmu tentang gender. Memang, jawaban sang mahasiswa keliru, akan menjadi betul jika pertanyaan sang dosen diganti dengan apa identitas gendermu?

Pertanyaan apa jenis kelaminmu itu hanya memiliki dua jawaban yaitu laki-laki atau perempuan. Jika pertanyaan demikian tidak bisa dijawab oleh seorang mahasiswa itu aneh. Anatomi tubuhnya itukan dilihatnya setiap hari. Sangat tidak mungkin bila ia tidak mengerti jika ciri berjenis kelamin laki-laki itu apa. Kecuali jika memang betul tidak ada kelamin laki-laki atau perempuan padanya. 

Dalam ilmu gender ada namanya identitas gender. Identitas gender ada yang sesuai dengan jenis kelaminnya, ada juga yang tidak. Nah, non biner ini disebut netral karena individunya memilih menyebut dirinya untuk tidak maskulin juga tidak feminim. 

Wallahua'lam, apa betul bisa manusia tidak menampakkan kelakiannya atau keperempuanannya. Kalaupun jika seseorang menampakkan dua perilaku laki-laki dan perempuan sekaligus itu artinya juga tidak netral. Jadi non biner itu bisa dikatakan faktanya tidak ada. 

Sedalam apapun manusia melakukan penelitian dan pengkajian tidak akan bisa teori/ilmu yang ia temukan menolak sunnatullah. Allah SWT telah menetapkan bahwa manusia diciptakan terdiri dari 2 jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Manusia tidak akan bisa keluar dari sunnatullah ini. 

Jadi, dari kasus mahasiswa tersebut, pelajaran yang bisa dipetik, janganlah kita tidak konsentrasi atau lupa definisi atau amnesia dengan identitas diri kita sebagai manusia makhluk ciptaan Al Khaliq yakni Allah SWT.

WHO dan Kekeliruannya

Dikutip dari sehatq.com bahwa WHO menyebut bahwa gender dan seks (jenis kelamin) tidak selalu beriringan. Banyak identitas gender tidak sejalan dengan jenis kelaminnya. Mereka terkategori golongan transgender bagian dari LGBT (https://www.sehatq.com/artikel/pengertian-gender-dan-perbedaannya-dengan-seks)

Perilaku adalah hasil dari proses. Perilaku adalah hasil bentukan. Manusia berperilaku tidaklah ujug-ujug berperilaku begini dan begitu. Manusia terlahir dari bayi yang ia berkata saja tidak bisa. Ia hanya menangis. Setelah berjalannya waktu kedua orang tuanya atau anggota keluarga lainnya mendidiknya, melatihnya, mengajarinya hingga ia bisa berbicara, berbuat hingga ia baligh. Saat ia baligh berfungsi akal yang Allah SWT anugerah kan kepada tiap manusia. 

Ketika maklumat (informasi, ilmu, teori, ajaran, teladan) yang diberikan kepada anak adalah benar, tumbuhlah ia menjadi sosok manusia yang benar sesuai fitrah penciptaannya. Laki-laki berperilaku/berbuat sebagaimana laki-laki. Demikian pula yang perempuan. Tumbuh dan menjalankan fitrah sebagai wanita.

Mereka menjadi orang-orang normal yang memiliki pemikiran yang normal pula. Berfikir normal adalah berfikir sebagaimana fitrah penciptaannya. 

Adapun mereka yang menyimpang dari fitrahnya maka akan terjadi penyimpangan dalam berfikir yang berujung menyimpang pula perbuatanya, perilakunya. Karena setiap orang itu berbuat sesuai dengan pemikirannya. 

Dengan demikian, jika teori bahwa gender dan jenis kelamin ini tidak selalu beriringan dibiarkan berkembang di masyarakat, maka akan bermunculan orang-orang yang mengaku non biner, transgender, dan kawan-kawannya.

Ini adalah teori/kesimpulan yang diambil dari melihat fakta adanya orang yang berperilaku menyimpang dari jenis kelaminnya. Dan pengambilan kesimpulan atau teori yang demikian tidaklah tepat/benar. Karena fakta perilaku yang keliru seharusnya diluruskan perilaku itu, bukan kemudian dijadikan sebagai kebenaran untuk kemudian dilegalkan perilaku menyimpang tersebut.

Atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) pun ini dalam Islam tidak dibenarkan. Karena melawan sunnatullah dan berlanjut pada pelanggaran hukum syariah lainnya. 

Dengan demikian, ajaran yang betul adalah identitas gender haruslah sama dengan jenis kelaminnya, dan bagi yang mengalami penyimpangan pemikiran dan perilaku harus diluruskan, dibina untuk kembali ke jalan yang benar sesuai fitrah penciptaannya.

Kecuali bagi mereka yang sejak lahir memiliki 2 alat kelamin sekaligus maka setelah aqil baligh kecenderungan perilakunya dan anatomi tubuhnya lebih mengarah ke jenis kelamin laki-laki atau perempuan, untuk kemudian dipilih salah satu sesuai fakta mana yang lebih dominan.

Keluar dari Fitrah Merendahkan Martabat Manusia 

Martabat seorang manusia yang keluar dari fitrahnya pasti rendah. Maka hal wajar jika mereka yang masuk kategori LGBT di masyarakat tidak diterima atau mendapatkan perlakuan yang berbeda. Itu adalah hukum alam. Ketika melawan kodrat, melawan sunnatullah sudah sewajarnya bila mendapatkan balasan demikian.

Itu masih hukuman sosial dari masyarakat. Adapun hukuman dari Allah SWT tentu lebih besar dari itu. Ada hukuman di dunia dan di akhirat.

Bila demikian, maka seruan dari WHO ataupun organisasi liberal lainnya yang meminta untuk tidak diskriminatif dan tidak mengucilkan tapi menerima keberadaan mereka yang menyimpang atas nama HAM adalah keliru. Seruan yang seharusnya adalah merangkul mereka, menjelaskan bahwa pilihan identitas gendernya keliru, mengajak mereka untuk kembali kepada fitrahnya sebagai laki-laki atau perempuan. Membina mereka untuk menjadi pribadi yang shalih shalihah. Inilah bentuk kepedulian dengan mereka bukan malah memfasilitasi dan membiarkan mereka dijalan yang tidak benar.

Islam Memuliakan Manusia

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

Martabat manusia, tinggi rendahnya derajat manusia, sebagaimana dalam ayat tersebut tidak ditentukan oleh jenis kelaminnya. Lantas, kenapa manusia merepotkan dirinya dengan identitas gender dengan jenis kelaminnya. 

Sungguh, sia-sia pengorbanan manusia untuk melawan sunnatullahNya. Andaikan energi, biaya, waktu dan lainnya untuk mengejar gelar takwa maka Allah SWT yang memberinya jenis kelamin akan memuliakannya di dunia dan di akhirat. 

Rasulullah SAW bersabda:  " Orang yang menyerupai suatu kaum, ia bagian dari kaum tersebut" (HR. Abu Daud)

Dari Ibnu Abbas r.a, "Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki" (HR. Bukhari)

Dalam hadist lainnya, Ibnu Abbas meriwayatkan " Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang bertingkah laku seperti wanita dan wanita yang bertingkah laku seperti laki-laki" (HR. Bukhari)

Abu Hurairah meriwayatkan, " Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki" (HR. Abu Daud)

Begitu tegas Islam menjaga identitas jenis manusia. Ketegasan ini adalah untuk kemuliaan martabat manusia itu sendiri. Allah SWT sebagai pencipta manusia, sudah seharusnya ciptaanNya berjalan sesuai ketentuan penciptanya 

Khatimah

Bersyukur manusia seharusnya. Dikarunia anatomi tubuh sempurna lengkap dengan kejelasan jenis kelaminnya. Bayangkan bagaimana andaikan penentu jenis kelamin itu tidak ada. Lewat mana manusia akan kencing dan bagaimana akan berkembang jumlah manusia. 

Fitrah kelaki-lakian dan keperempuan sudah melekat dengan jenis manusia saat dicipta. Maka menjalankan peran sesuai sunnatullah itulah yang menjadikan hidup nyaman, tentram, diridhoi Allah SWT. 

Bukankah pula tidak ada riwayat yang menjelaskan di alam kubur akan ditanya apa jenis kelaminmu? Apa gendermu? Lalu, kenapa manusia malah melawan kodrat jenis kelaminnya yang itu malah menjadi pemberat siksa kubur dan api neraka?

Wallahua'lam bis showwab.














 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah