يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Senin, 22 Agustus 2022

Saatnya, Membumikan Kata Merdeka

Masih di bulan Agustus, ada yang kurang bila tidak menulis sesuatu di bulan bangsa ini merdeka. Bukti cinta pada negeri ini adalah tidak membiarkan hambar tanpa pesan dan harapan untuk Indonesia negeri zamrud khatulistiwa.

Sering Sebut Kata Merdeka 

Kata 'merdeka' pastinya sering disebut-sebut di bulan ini. Dari dikarenakan seruan untuk pasang bendera merah putih akhirnya mengucapkan hari kemerdekaan, dari karena adanya berbagai perlombaan dan karnaval akhirnya mengucapkan perlombaan memperingati hari kemerdekaan atau sebab sadar dari diri sendiri bahwa tanggal 17 Agustus adalah hari kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Kata merdeka ini, bagi  akademisi akan lebih sering disebut-sebut. Dari menyebut kurikulum merdeka, merdeka belajar, kampus merdeka. Mungkin dipandang dunia pendidikan masih dalam belenggu hingga digunakan kata merdeka dalam kurikulumnya, belajarnya, hingga kampusnya. Tapi, apakah bidang selain pendidikan tidak membutuhkan kata merdeka? 

Nah, pas jika bulan Agustus ini dijadikan momentum untuk membumikan kata merdeka.

Merdeka Secara Etimologi

Dalam kamus KBBI merdeka diartikan dengan bebas dari penghambaan, penjajahan dan sebagainya, berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, tidak terikat tergantung kepada orang lain/pihak tertentu, leluasa.

Mari kita gunakan definisi secara etimologi di atas untuk mengetahui apakah semua bidang benar-benar sudah merdeka?.

Pertama, bebas dari penghambaan dan penjajahan. Status merdeka, tidak ada negara asing menyerang bangsa Indonesia dan mengusik teritorial bangsa ini.

Bagaimana status dari sisi pendidikan, sosial dan budaya? 

Sisi pendidikan usut diusut ada infiltrasi oleh manajemen industri, sehingga terjadi kapitalisasi pendidikan. Indikasinya adalah biaya pendidikan kian melangit tak terjangkau, output pendidikan juga terkena virus liberalisme, konsumerisme, hedonisme. Berarti statusnya belum merdeka. 

Berikutnya bagaimana status di bidang sosial dan budaya. 

Sosial jika dimaknai dengan interaksi antar sesama manusia, ditemukan banyak manusia yang satu di bawah intimidasi/penjajahan manusia lainnya. Dari kasus polisi tembak polisi, suami menghajar istri bahkan ada yang sampai wafat, orang tua membunuh anaknya atau sebaliknya anak membunuh orang taunya sendiri, tawuran antar pelajar, tawuran antar kampung, tawuran antar geng, adu jotos bak gladiator yang dimainkan para pelajar, kriminalitas kian beragam dan lain-lain. Jadi statusnya di bidang sosial juga belum merdeka.

Kedua, berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, tidak terikat, tidak tergantung kepada orang lain/pihak tertentu. Dari point ini mari kita cek di bidang ekonomi. Sudahkah merdeka? 

Indonesia hingga Juli 2022 masih terjerat hutang 7.163,12 triliun setara dengan 37,91 PDB Indonesia (https://www.cnbcindonesia.com/news/20220815211155-4-363988/utang-ri-kini-tembus-rp-716312-triliun). Besarnya hutang menunjukkan belum independennya bangsa ini dalam mencukupi kebutuhannya. Masih bergantung dan terikat dengan bank dunia ataupun negara penghutang lainnya. Artinya juga, bangsa ini belum berdiri dengan incomenya sendiri dalam mencukupi kebutuhan dalam negerinya.

Lantas, bagaimana untuk membumikan kata merdeka ini, sehingga semua bidang merdeka dari penghambaan pada makhluk/organisasi/negara lain, bebas tekanan, bebas ketergantungan, dan menjadi mandiri?

Makna Merdeka dan Membumikan Kata Merdeka

Membumikan kata merdeka haruslah diawali dengan kesepakatan apa makna merdeka itu sendiri.

Memaknai kata merdeka untuk mendapatkan definisi yang tidak semata dimensi dunia adalah dengan menyadari hakikat manusia. Kesadaran who am i (siapakah aku?). Akan menghantarkan pada pemahaman bahwa manusia adalah makhluk.

Jika manusia makhluk maka ia adalah hamba Al Khaliq. Jika ia hamba Al Khaliq maka merdekanya manusia jika ia hanya mengabdi, berbakti, mentaati perintah Tuhannya yakni Allah SWT. 

Hal ini sebagaimana pesan Allah SWT dalam QS Al An'am ayat 162.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قُلْ اِنَّ صَلَا تِيْ وَنُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَمَمَا تِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ 

"Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,"(QS. Al-An'am 6: Ayat 162)

Ayat ini adalah pesan dari Allah SWT untuk semua hambaNya, tidak hanya untuk NabiNya.

Dengan demikian, manusia yang merdeka adalah yang mentaati perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya. Sebaliknya jika manusia melanggar perintahNya maka ia menjadi hambanya nafsu dalam diri, atau menjadi hamba manusia lainnya sehingga hanya mendapatkan ridho makhluk.

Adapun dalam konteks bernegara, maka merdekanya sebuah negara juga tidak berhenti pada bebasnya dari penjajahan bangsa lain. Tapi bagaimana bangsa itu menyadari bahwa keberadaannya adalah karena Allah SWT yang menghadirkannya. Allah SWT telah menerangkan dalam firmanNya QS Al Hujurat ayat 13.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

Dalam ayat lainnya Allah SWT berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)

Jadi, sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan ini adalah rahmat Allah SWT maka mewujudkan kemerdekaan itu tidak berhenti dengan hengkangnya penjajah dari negeri ini. Tapi bagaimana kemudian dilanjutkan pada perjuangan mewujudkan rakyat Indonesia yang beriman dan bertaqwa. Yang menerapkan aturan Allah SWT dalam kehidupan bernegara. Karena dengan inilah keberkahan, baldatun thayyibatun (negeri yang baik/nyaman) itu tercurah dari langit. 

Sebaliknya jika negeri ini abai dari itu dan mengambil hukum diluar yang ditetapkan Allah SWT maka itu artinya lalai atau takabur atas nikmat merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang yang telah disebut sebagai rahmat Allah SWT.

Jika sudah lalai dari hukum Allah SWT maka terjadilah kerusakan dimana-mana. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)

Membumikan kata merdeka di semua lini kehidupan hanya bisa terwujud jika bangsa ini kembali kepada hakikatnya sebagai bangsa yang merupakan karunia Allah SWT. Kemudian menerapkan ketentuan atau aturan Allah SWT dalam mengelola, mengurus, mengatur negara sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin, dan kekhilafahan Islam berikutnya yang mengikuti metode kenabian. 

Khatimah

Merdeka bukan semata jasad yang merdeka. Tapi bagaimana pemikiran dan perbuatan sejalan dengan ketentuan pemilik jasad sesungguhnya yakni Allah SWT. 

Semoga bangsa ini, negeri Indonesia tercinta ini, segera bisa membumikan kata merdeka, terlepas dari jeratan hutang bank dunia dan lainnya, rakyatnya dan para pemimpinnya pun merdeka dari menjadi budak nafsu dan dunia dengan menerapkan aturan pemilik bangsa ini sesungguhnya yakni Allah SWT.

Wallahua'lam bis showwab 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah