Di sistem sekulerisme-kapitalisme saat ini, ada hari ibu tidak ada hari bapak. Kenapa bisa demikian?
Penghargaan yang diberikan oleh sistem saat ini kepada perempuan berawal dari ketiadaan pengaturan yang menjadikan perempuan berharga.
Sejarah hari perempuan sedunia termasuk di Indonesia, berawal dari kondisi ketertindasan perempuan dan penjajahan terhadap hak-hak perempuan. Kaum laki-laki berkuasa atas wanita.
Disiapkannya hari khusus untuk memperingati hari ibu (mother's day) ataupun peringatan hari-hari perempuan lainnya, itu bukan bukti bahwa secara sistemik, sistem saat ini yaitu sekulerisme-kapitalisme menempatkan perempuan pada posisi mulia.
Fakta menunjukkan bahwa ide kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan muncul dari gharizah baqa' (naluri mempertahankan eksistensi diri) perempuan yang merasa dirinya tidak dihargai oleh sistem ini. Mereka memperjuangkan diri mereka untuk mendapatkan pengakuan atas diri mereka dihadapan kaum laki-laki.
Akhirnya, perempuan pun dihargai oleh kaum laki-laki sebatas apa yang mereka perjuangkan itu. Yaitu eksistensi mereka di dunia publik, di dalam kesertaan mereka dalam bidang ekonomi. Hingga tidak sedikit, kaum perempuan yang hakikatnya dieksploitasi sisi feminitasnya, menganggapnya itu sebagai pemberdayaan perempuan.
Demikianlah, jika sistem hasil pemikiran manusia, maka manusia akan memproduksi aturan yang sekiranya itu dipandang baik menurut akalnya
Bila Berdayanya Perempuan Mengikuti Kapitalisme
Bila berdayanya perempuan semata dimaknai dengan kesertaannya dibidang ekonomi, maka perempuan bisa dieksploitasi oleh sistem kapitalisme untuk menjadi tulang punggung ekonomi.
Kejam!
Sistem ini telah menghantarkan tidak satu, tidak juga dua perempuan, tapi sampai jutaan perempuan menjadi TKW di luar negeri. Padahal secara naluri, menjadi TKW pasti tidak diharapkan mereka.
Bila berdayanya perempuan dilihat dari peran publik dia, maka sistem ini akan menyeret perempuan untuk cinta karir dibanding cinta keluarga.
Polemik nurani akan tanggung jawab sebagai istri, ibu dan karir akan terus menghantui para wanita. Lebih-lebih bagi kaum ibu yang memiliki anak masih kecil atau masih dalam usia sekolah.
Dan kekuatan sistem saat ini, mampu mengeret perempuan untuk melepas fitrahnya hingga harus tega menitipkan anak pada pembantu, rumah penitipan anak, kadang melebihi laki-laki, karena tugas kantor untuk beberapa hari tidak melihat sang buah hati.
Bahkan, sistem ini mampu menjadikan tempat kerja menjadi tempat nyaman bagi perempuan daripada rumahnya. Pekerjaan kantor lebih menyenangkan dari pada mengerjakan tugas rumah tangga dan mengurus anak.
Hingga akhirnya, sistem ini membentuk fakta dibeberapa negara, adanya keluarga yang memilih tidak memiliki anak dan perempuan ataupun laki-laki yang tidak mau menikah (https://www.cnbcindonesia.com/news/20210930132703-4-280405/4-negara-asia-kena-resesi-seks-ogah-kawin-emoh-punya-anak/2)
Dari paparan tersebut, jelas bahwa sistem sekulerisme-kapitalisme ini, memiliki dasar pandangan kapital/materi dan sekuler atas diri perempuan. Dan pandangan yang demikian bila tidak disadari kaum perempuan (muslimah), tentu akan menjauhkan dirinya dari agamanya. Pola pikirnya dan pola sikapnya akan sesuai dengan arahan kapitalisme yang duniawi semata.
Sampai-sampai diperingatan hari ibu pun yang diserukan oleh sistem ini adalah seruan bagi perempuan untuk memperjuangkan hak demi terwujudnya kesetaraan gender. Bukan seruan untuk menjadi ibu yang shalihah demi terwujudnya generasi yang beriman, bertakwa, berakhlaq mulia demi masa depan bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Shalihah Bukan Kesetaraan Gender
Ibu sebagai episode peran yang dilalui perempuan, maka Allah SWT pun telah menurunkan firmanNya secara khusus untuk kaum ibu.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْاِ نْسٰنَ بِوَا لِدَيْهِ ۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَا لِدَيْكَ ۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS Luqman 31: Ayat 14)
Allah SWT menempatkan sosok ibu dan bapak tanpa pilih kasih dihadapanNya. Bila dalam Islam tidak ada hari khusus bagi ibu, maka tidak ada hari khusus pula bagi bapak. Tapi setiap hari adalah hari untuk berbakti kepada keduanya.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا ۗ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 23)
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَا خْفِضْ لَهُمَا جَنَا حَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًا
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil." (QS Al-Isra' 17: Ayat 24)
Penghargaan Islam terhadap ibu atau wanita secara umum, bukan dibangun dari partisipasinya di dunia publik, bukan pula sumbangannya pada ekonomi.
Islam sebagai sistem yang lahir dari aqidah Islam, maka sistem Islam mengarahkan manusia untuk menjadikan Allah SWT sebagai tujuan amalnya.
Maka penghormatan Islam kepada kaum ibupun diukur dari ketaatannya kepada Allah SWT.
Dan untuk menjadi taat, maka setiap peran yang dijalankan perempuan baik domestik ataupun publik harus diikatkan dengan ketentuan syariah Islam.
Gelar shalihah itulah penghargaan tertinggi bagi seorang wanita. Menjadi wanita shalihah, istri shalihah, ibu shalihah itulah yang dibentuk oleh sistem Islam. Ini pula yang menjadikan seseorang mulia dihadapan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, " Dunia itu perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah" (HR. Muslim)
Dengan standart shalihah, maka kaum perempuan akan mengejar taqwa, bukan dunia. Sehingga ia akan mengambil dan menjalankan peran yang sesuai dengan ketentuan syariah.
Dengan konsep yang demikian akan sedikit dijumpai di sistem Islam, perempuan yang keliru menempatkan prioritas aktivitasnya. Wajib tidak dikalahkan dengan mubah, sunah tidak menggeser kewajiban. Haram tidak dilanggar demi kemubahan. Contohnya; bekerja hukumnya mubah bagi perempuan. Adapun menutup aurat adalah wajib. Demi pekerjaan seorang muslimah tidak akan melepaskan hijabnya.
Suasana takwa yang dibentuk oleh sistem Islam inilah yang tidak ada di sistem sekulerisme-kapitalisme saat ini. Orientasi hidup untuk meraih keselamatan dunia dan akhirat yang diarahkan secara sistemik dalam sistem Islam, tidaklah dijumpai disistem sekulerisme-kapitalisme.
Demikianlah sistem dari Allah SWT, akan menempatkan wanita sebagaimana fitrahnya dan tidak membebani perempuan dengan beban bertumpuk-tumpuk hingga menjadi tulang punggung keluarga.
Jadi, buat apa menggejar dan memperjuangkan kesetaraan gender? Sedangkan yang menjadikan perempuan berharga itu adalah hidup di sistem Islam. Maka perjuangankanlah tegaknya sistem Islam itu.
Khatimah
Cukup bagi perempuan apakah sebagai anak, istri, ibu untuk mengejar shalihah. Kejarlah ini, karena inilah yang menjadikan kita bertakwa. Dan inilah yang diharapkan Allah SWT dari hambaNya. Dan ambillah hak atas dunia kalian untuk menjalankan ketaatan lainnya. Wallahua'lam bis showwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar