يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label tahun baru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tahun baru. Tampilkan semua postingan

Selasa, 31 Desember 2024

Tahun Baru, Biasa Saja, Kenapa Repot!

Keberadaan kalender sudah diterangkan dalam Alquran. Ayat berikut yang menerangkannya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

هُوَ ٱلَّذِي جَعَلَ ٱلشَّمۡسَ ضِيَآءً وَٱلۡقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعۡلَمُواْ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلۡحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٍ يَعۡلَمُونَ

"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (QS. Yunus: Ayat 5)

Berdasarkan ayat tersebut, Allah subhaanahu wa ta'ala menerangkan bahwa matahari dan bulan menempati garis edarnya atau orbitnya. Dan sifat peredaran matahari dan bulan ini, Allah subhaanahu wa ta'ala tetapkan bersifat tetap. Sifat tetap ini ternyata ada maksud yang dikehendaki Allah subhaanahu wa ta'ala. Yaitu supaya manusia bisa menemukan bilangan tahun dan perhitungan waktu. 

Dengan hikmah yang Allah subhaanahu wa ta'ala berikan kepada manusia, akhirnya, manusia menemukan adanya 2 kalender yaitu kalender berdasarkan orbit matahari dan kalender berdasarkan orbit bulan. 

Kalender berdasarkan perhitungan matahari disebut dengan nama kalender syamsiah. Dan kalender syamsiah ini sekarang disebut dengan kalender masehi. Adapun kalender berdasarkan perhitungan bulan disebut kalender qamariah. Dan dikenal dengan kalender hijriah.

Dan jumlah bulan dalam setahun yang ditemukan oleh manusiapun tidak keluar dari apa yang telah Allah subhaanahu wa ta'ala tetapkan. Baik kalender qamariah (hijriah) ataupun syamsiah (masehi), yaitu 12 bulan sebagaimana Allah subhaanahu wa ta'ala terangkan dalam firmanNya berikut.

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرًا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ

" Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi..." (QS. At Taubah: 36)

Lantas Bagaimana Menyikapi Pergantian Tahun?

Berdasarkan penjabaran di atas, sebenarnya tidak ada masalah dengan kalender syamsiah ataupun qamariah. Akan tetapi kemudian menjadi soal bagi seorang muslim ketika mengetahui asal usul penamaan bulan dalam tahun masehi. Januari hingga Desember itu bukan nama tanpa mengandung pemahaman tertentu. Nama-nama bulan tersebut adalah perwujudan nama dewa-dewi. Selengkapnya bisa dibaca di link berikut ini. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masehi

Dan kemudian jika kita kaitkan dengan kaidah syara' bahwa setiap perbuatan seorang muslim terikat dengan hukum syariat, maka dengan mengetahui fakta demikian, seorang mukmin tentunya tidak mudah saja tiup terompet, nyalakan meriam ataupun pesta berjuta-juta hingga bermilyar-milyar kembang api untuk memperingati pegantian tahun masehi.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

إِذۡ يَتَلَقَّى ٱلۡمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلۡيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٞ

"(lngatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri." (QS. Qaf 50: Ayat 17)

Adapun jika mereka umat di luar Islam melakukan pesta pergantian tahun masehi, ya, itu wajar saja. Yang tidak wajar jika umat Islam ikut-ikutan mereka. Dimana bedanya seorang muslim yang mengenal Allah subhaanahu wa ta'ala dengan yang tidak mengenalNya?

Dan harus diingat pula bahwa pada pergantian tahun baru hijriahpun bukan pesta kembang api yang dikehendaki Allah subhaanahu wa ta'ala. Pergantian tahun penanda bertambah usia manusia, bertambah usia bumi, yang artinya berkurang jatah hidup di bumi dan bumi mendekati masa akhirnya. 

Dengan demikian, menyikapi pergantian tahun, biasa saja. Tetap saja dalam koridor iman dan takwa. Tetap saja berbuat kebaikan dan jauhi kemaksiatan. Muhasabah, evaluasi apa-apa yang telah dilakukan selama setahun. Berfikir, ke depannya bagaimana. Bila-bila ajal datang bagaimana? Jadi, tidak usah repot sebagaimana orang Barat. Tidak usah Repot meniru-niru orang Barat. 

Wallahua'lam bis shawaab.

Sabtu, 30 Desember 2023

Tahun Baru Umat Islamkah?

Kalender Masehi bukan kalender yang lahir dari peradaban Islam. Melainkan dari peradaban barat. Kalender ini mendunia. Dan dipakai manusia sedunia. Baik umat Islam maupun bukan. 

Kalender seolah hal sepele. Padahal dibalik kalender menunjukkan eksistensi ideologi dan peradaban tertentu.

Mendunianya kalender Masehi menunjukkan eksistensi peradaban barat dengan ideologi kapitalismenya. Tiap pergantian tahun baru Masehi, hiruk pikuk manusia dari timur hingga barat merayakannya. Sebentar lagi tahun 2024 Masehi.

Sejarah Singkat Kalender Masehi

Dikutip dari wikipedia dijelaskan bahwa  kalender Masehi merujuk pada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Isa Al Masih atau Yesus Kristus atau dalam bahasa Ibrani, Yesua ha-Masiah. Tahun sebelum tahun itu, disebut dengan Sebelum Masehi (SM). 

Kalender Masehi ini dalam bahasa Inggris adalah sebutan untuk penanggalan tahun yang digunakan pada kalender Julian. Dan perhitungan tanggal dan bulan pada kalender Julian disempurnakan pada tahun 1582 menjadi kalender Greogian. 

Dan kini, kalender Masehi telah menjadi rujukan dunia. 

Kekalahan Peradaban Islam

Dijadikannya kalender Masehi sebagai acuan penanggalan dunia adalah kekalahan bagi umat Islam.

Peradaban Islam yang memiliki kalender Hijriah hampir dilupakan oleh generasi penerus Islam. Coba, kita tanya diri kita. Hafalkah dengan 12 nama bulan dalam kalender Hijriah?. Dari Muharram, Safar, Rabiul awwal, Rabiul tsani, Jumadil awwal, Jumadis tsani, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqo'dah, Dzulhijjah.

Kalau ditanya tanggal berapa hijriah sekarang?, Nah, kebanyakan kita pasti toleh ke kanan ke kiri alias tidak tahu. Hem. Tapi, kalau ditanya tanggal berapa dalam kalender Masehi? Pasti pada tahu. 

Tentu, fenomena ini janggal. Kita mengaku beragama Islam tapi dengan kalendernya sendiri tidak tahu. Tapi itulah faktanya. 

Kalender Hijriah ditetapkan bukan semata untuk memudahkan administrasi. Kalender Hijriah (kalender Qomariah) yang didasarkan pada peredaran bulan ini, menjadi dasar pelaksanaan ibadah. Dari puasa ramadhan, puasa ayyamul bidh, puasa arrafah, puasa muharam, puasa rajab, haji, sholat idul fitri dan idul adha dan lain-lain.

Jadi, ketidaktahuan umat Islam akan kalender ini, bisa keliru dalam pelaksanaan  ibadah-ibadah tersebut. 

Dengan demikian, wajib bagi umat Islam mengetahui kalendernya. 

Menduniakan Kalender Hijriah

Kalender hijriah sebagai kalender umat Islam, maka umat Islamlah pihak pertama yang harus menjadikannya sebagai kalendernya. Tetapi, jika kalender hijriah ini hanya dipakai perindividu muslim, maka tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi negara-negara lainnya. Maka kalender hijriah ini harus diemban oleh suatu negara. 

Contohnya dulu, ketika peradaban Islam tegak, sejak ditetapkannya kalender hijriah, hingga kekhalifahan terakhir yaitu Turki Ustmani, kalender hijriah menjadi kelender negara, sehingga aktivitas kekhilafahan Islam dengan negara lain menggunakan kalender hijriah. Dan akankah tegak kembali kekhilafahan tersebut? Pertanyaan ini dijawab oleh hadist Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berikut ini.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda;

"... Kemudian ada kekuasaan diktator -mulkan jabbariyan- dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian -khilafah 'ala minhajin nubuwwah-. Kemudian beliau -Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam- diam" (HR Ahmad)

Nah, khilafah 'ala minhajin nubuwwah inilah yang akan menghantarkan kalender Hijriah menjadi rujukan dunia. Bukan hanya kalendernya, tapi hukum-hukum Allah subhaanahu wa ta'ala pun akan tegak sempurna. Biidznillah.

Khatimah 

Apabila kalender Masehi bukan dari peradaban Islam, maka muslim cerdas tidak akan ikut merayakan pergantian tahun Masehi ini. Ikut meramaikannya semakin menambah kealpaan umat Islam, akan hakikat kalender Masehi punya siapa?

Kalaulah mau memusabah dipergantian tahun Masehi, mari muhasabah untuk kembalinya kalender Hijriah sebagai kalender rujukan dunia. 

Wallahua'lam bis shawaab. 


Dipun Waos Piantun Kathah