يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Senin, 07 Januari 2013

PERDAMAIAN DUNIA MASIH SEKEDAR CEREMONY


Hidup damai dan sejahtera pasti harapan seluruh umat manusia. Dimanapun ia, suku apapun ia, tinggal dinegara manapun ia, pasti merindukan dan menginginkan kehidupan yang damai dan sejahtera. Hidup rukun dan bersaudara dengan kerabat, tetangga, rekan kerja, bahkan antar warga Negara pastilah indah dan didamba. Inilah salah satu nikmat fitrah yang diberikan Allah swt kepada manusia. Mungkin karena dorongan fitrah inilah yang kemudian menjadikan manusia menggagas sebuah hari untuk diperingati sebagai hari perdamaian dan persaudaraan dunia.
Bila mengaca pada fakta kehidupan, penulis menyimpulkan perdamaian dan persaudaraan sebenarnya tidak membutuhkan yang namanya peringatan. Perdamaian dan persaudaraan membutuhkan aksi riel manusia untuk hidup damai dan bersaudara. Berjuta kali peringatan perdamaian dan persaudaraan digelar akan sekedar ceremony saja bahkan akan menjadi teori hayali apabila nafsu binatang masih bercongkol dalam diri manusia.
Kita tengok kehidupan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt, yaitu Adam dan Hawa. Dari pernikahan dua insan ini lahirlah  anak laki-laki Habil, Qabil, dan 2 anak perempuan. Dan sebagaimana kisah yang telah popular akan kita dapati peristiwa pembunuhan manusia pertama. Qabil membunuh Habil dan inilah kriminalitas pertama kali yang terjadi di dunia. Perbuatan Qabil adalah manifestasi dari jiwa amarah yang menguasai dirinya. Ikatan darah sebagai adik kakak telah dihapus oleh jiwa amarah dan nafsu yang telah berkuasa. Dan meski sosok Qabil telah tiada, tapi penerus sifat buruk Qabil itu sampai sekarang masih ada. Inilah sejarah awal kehidupan manusia.
Ibnu Miskawayh seorang pemikir akhlaq dalam kitabnya Tahdhīb al-Akhlāq wa Taṭhīr al-A’rāq (Pendidikan Akhlaq dan Penyujian Jiwa) menjelaskan bahwa dalam diri manusia terdapat  fakultas amarah atau binatang buas. Penampakan dari jiwa ini adalah marah, berani, ingin berkuasa, menginginkan bermacam-macam penghormatan dan lain-lainnya. Dan fakultas jiwa inilah yang banyak diidap manusia saat ini. Kerakusan akan jabatan bisa memicu hilangnya ikatan darah, kemarahan yang salah tempat berujung pada perkelahian antar keluarga, antar kampung bahkan antar pelajar.
Keinginan menjadi Negara adidaya mendorong Negara yang kuat menindas dan merampok Negara yang lemah. Kasus Palestina-Israel adalah contoh rielnya. Kerasnya hati manusia berujung pada tindakan kekerasan yang terus merebak kemana-mana. Kasus yang mengagetkan dunia adalah kejadian di negeri Barack Obama berkuasa yaitu aksi pembunuhan oleh seorang laki-laki berusia 20 tahun pada hari Jumat 14 Desember 2012 di sebuah sekolah dasar dan menewaskan 26 orang. Dimana perdamaian dan persaudaraan itu? Jiwa binatang dan angkara murka telah menghilangkan naluri berdamai dalam diri manusia. Kerakusan akan materi, kekayaan, jabatan, kehormatan, telah menghilangkan ikatan persaudaraan.
Benarkah situasi buruk ini tidak bisa dilepaskan dari peran ideologi kapitalisme yang telah bercokol di dunia? Kapitalisme yang menstandarkan kebahagiaan dengan ukuran materi telah menjadikan individu, kelompok, dan masyarakat berjuang untuk meraih kesenangan pribadi, kelompok dan golongannya saja. Sedangkan Negara dijadikan alat bagi manusia-manusia pecinta kapital untuk mencaplok kekayaan negaranya sendiri atau bagi Negara yang kuat berperang untuk menguasai kekayaan negeri-negeri lainnya.
Dalam kamus wikipedia dijelaskan definisi perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Bila merujuk pada definisi ini sudah bisakah dunia dikatakan damai? November 2012 kita disuguhi tontonan tentara Israel yang memborbardir Palestina. Tentara-tentara Amerika serikat juga masih lalu lalang di negeri-negeri timur tengah. Bila kemudian dilebarkan pemaknaan definisi tadi maka bentrok antar warga, antar kampung, antar pelajar, antar keluarga, antar suku, bahkan antar elit politik yang terjadi di negeri ini menujukkan bahwa dunia saat ini masih dalam perang.
Pertanyaannya, kapan antar individu akan damai? Kapan antar suku akan hidup berdampingan? Kapan antar kelompok dan golongan akan bersaudara? Kapan antar Negara akan bekerjasama dengan baik tanpa saling intervensi dan menguasai? Jawabannya, selama pikiran manusia tetap dikuasai oleh jiwa binatang dan materi menjadi ideologi maka perdamian itu hanya akan menjadi mimpi. Bila manusia masih menjadikan uang, jabatan sebagai tujuan hidupnya maka persaudaraan itu akan hayali. Bila penguasa masih menerapkan aturan-aturan buatannya yang dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, kelompok atau golongannya maka kesejahteraan, perdamaian dalam negeri ini juga tidak akan terwujud.
Perubahan mendasar harus dilakukan. Hal yang mendasar itu adalah perubahan pemikiran manusia tentang kehidupan ini. Karena faktor yang membuat manusia bisa mewujudkan keutamaan (kebajikan) itu adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan fakultas berfikir dan analisisnya. Perdamaian dan persaudaraan dapat dicapai apabila manusia melaksanakan kemauan-kemauannya dengan upaya dan selalu mengaitkannya dengan tujuan diciptaannya manusia. Inilah pemikiran yang harus dimiliki oleh setiap manusia, siapapun dia, sebagai apapun dia, berkedudukan sebagai apapun dia dan menjabat apapun dia. Manusia harus ingat dengan tujuan penciptaan dia oleh Allah swt. Karena pemikiran dan kesadaran inilah yang mampu mengekang jiwa amarah dan binatang yang ada dalam dirinya.
Dan sudah seharusnya manusia intropeksi dan evaluasi diri. Dunia sudah semakin tua, akan kah dunia ini rusak dan hancur karena ulah tangan manusia? Tentunya sebagai manusia normal kita tidak akan rela. Anugerah alam yang diciptakan Allah swt untuk manusia, agar kita menjaganya dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan serta kedamaian hidup manusia. Ayat-ayat Allah swt harus dibaca, direnungkan dan diterapkan dalam kehidupan. Ketidakmampuan manusia mengatur kehidupan dunia harus menjadikan manusia sadar akan kelemahannya dan tunduk kepada Allah swt. Perdamaian dan persaudaraan tidak lagi menjadi teori apabila manusia berpegang kepada ayat-ayat Allah swt  Tuhan Semesta Alam. Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah