ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا اتَّÙ‚ُوا اللَّÙ‡َ Ø­َÙ‚َّ تُÙ‚َاتِÙ‡ِ Ùˆَلا تَÙ…ُوتُÙ†َّ Ø¥ِلا ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ْ Ù…ُسْÙ„ِÙ…ُونَ

Kamis, 10 Januari 2013

USAHA VERTIKAL DAN HORISONTAL


Tulisan ini adalah bentuk syukur saya kepada Allah swt dan mudah-mudahan menjadi tulisan penuh hikmah untuk pembaca. Saya tidak pernah menduga bahwa akan mendapat juara dalam lomba karya ilmiah tentang inovasi pembelajaran yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama Kabupaten Trenggalek pertengahan Desember 2012. Awal membaca surat edaran dari KEMENAG perihal lomba itu saya belum tergiur mengingat waktu yang diperlukan cukup banyak, karena harus mengetik, membuat media dan lain-lain. Belum lagi waktu itu bersamaan dengan ujian akhir semester, saya harus koreksi dan menulis rapot.
Saya adukan kebimbangan itu kepada Allah swt dalam sholat lima waktu. Entah apa yang terjadi kemudian, saya menjadi punya kekuatan, semangat dan ada ide inovasi. Namun kendala ditengah perjalanan saya alami, seperti malas melanjutkan, perasaan pesimis menang dan gangguan–gangguan lain yang cenderung negative. Kembali saya mengadu kepada Allah swt. Saya memohon supaya diberi  kekuatan dan semangat menyelesaikan karya ilmiah ini. Dan Alhamdulillah, saya akhirnya bisa menyelesaikannya dan mengumpulkannya di hari terakhir deadline.  
Keberhasilan mengumpulkan karya ilmiah itupun saya adukan lagi kepada Allah swt. Beberapa kali saya mengucapkan terimakasih dan memohon kepada Allah swt supaya saya terpilih 5 besar, alias ikut final. Hari-hari menunggu pengumuman, saya isi dengan ikhtiar vertikal yaitu berdoa. Dan Alhamdulillah, saya masuk final. Namun, perasaan pesimis dan mental orang-orang kalah menemani saya dimenit-menit selanjutnya hingga hari H.
Negative thingking akan kalah semakin menghantui setelah melihat presentasi dari peserta lainnya begitu bagus. Saya kuatkan azam untuk memberikan presentasi yang terbaik dengan media pembelajara yang telah saya buat. Selesai presentasi saya meminta kepada Allah swt agar diberikan sifat orang-orang yang bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Kalah atau menang tetap bersyukur dan tawadhu’. Dan Alhamdulillah, pengumumun di bacakan dan saya mendapat juara 1. Sekali lagi saya berterimakasih kepada Allah swt. Sayapun beristigfar atas semua su’udzan yang telah ada di dalam hati sebelumnya.
Pembaca, banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari kisah saya itu. Pertama, jadikan Allah swt sebagai yang pertama. Hendak melakukan apapun itu awalilah dengan mengingat dan menyebut Allah swt. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadith, Rasulullah saw bersabda“ Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan basmallah maka ia kurang berkah” (HR. Abu Daud). Sabda Rasul ini merupakan petunjuk supaya setiap Muslim memulai apapun (amal baik) itu diawali dengan menyebut asma Allah swt. Melibatkan Allah swt dalam seluruh aktifitas akan menjadikan amal barakah. Doa yang dimulai saat ada niat hingga selesainya suatu pekerjaan akan bisa menghalau hal-hal buruk yang akan menimpa atau bisa menjadi jalan pembuka rahmat Allah swt.
Kedua, jangan biarkan peluang pergi begitu saja. Jika ada event atau kesempatan apapun yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kwantitas nilai kita dihadapan Allah swt maupun manusia maka jangan sia-siakan. Gangguan dalam diri yang berupa rasa tidak percaya diri, malas dan lain-lain harus dibuang. Janganlah mengatakan tidak bisa bila masih mau mencoba. Janganlah mengatakan selamat tinggal bila masih ada kemampuan melakukannya.
Ketiga, susah ataupun senang adukan semuanya kepada Allah swt. Hal yang menjadi kebiasaan adalah ingat Allah swt ketika susah saja. Dan ketika dalam kondisi senang lupa dengan Dzat yang memberi kesenangan itu. Kebiasaan yang demikian haruslah dibuang jauh dalam hidup seorang Muslim. Rasa sedih, gundah, bingung yang sedang melanda adukan semuanya kepada Allah swt. insyaAllah akan berubah menjadi bahagia, tenang, kreatif dan inovatif. Sebab Allah swt lah Dzat yang bisa memberikan kepada kita ide-ide kreatif dan inovatif. Betapa alam raya beserta isinya ini dipenuhi dengan inovasi, kreatifitas dan inspirasi dari Dzat yang menciptakannya?
Ingat Allah swt dikala senang adalah wujud syukur hamba atas nikmat kebahagiaan tersebut. Bukankah Allah swt dalam sebuah firmanNya berjanji “Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Sudah sepatutnya bila manusia berterimakasih kepada Allah swt, karena sesungguhnya hanya atas karuniaNya saja manusia bisa meraih apa yang ia harapkan dan inginkan.
Keempat. Usaha maksimal. Doa yang maksimal tanpa diikuti dengan aksi yang maksimal juga akan membawa pada hasil kerja yang kurang memuaskan, bahkan bisa jadi menuai kegagalan. Karena faktor penentu keberhasilan itu sebenarnya ridho dan dukungannya Allah swt semata. Oleh karena itu doa sebagai ikhtiar vertikal haruslah diimbangi dengan ikhtiar riel di dunia dengan sungguh-sungguh agar impian yang hendak diraih bisa terkabul. Lebih dari itu usaha atau perbuatan yang kita lakukan sudah bernilai ibadah sehingga minimal pundi-pundi pahala sudah ditabung seandainya menuai kegagalan.
Allah swt berfirman dalam QS Ar Ra’du ayat 11 berbunyi : “Sesungguhnya Allah swt tidak akan merubah kondisi suatu kaum sehingga kaum itu mau merubah kondisi dirinya sendiri”. Ayat ini jelas sekali bahwa manusia diperintahkan untuk berusaha bukan berhasil. Usaha adalah lingkaran yang manusia kuasai sedangkan hasil itu lingkaran kekuasaan Allah swt.
Kelima, positive thingking (Husnudzan) baik kepada manusia maupun kepada Allah swt. Dalam kisah di atas nampak betapa saya begitu su’udzun. Tentu setelah su’udzun tidak terbukti benar maka yang ada dalam diri adalah rasa berdosa dan bersalah. Benar bila kemudian Allah swt dalam QS al Hujurat ayat 12 berfirman : ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), kerana sebahagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah berkata sesuatu yang buruk antara satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang"
Dalam kisah di atas bisa dikategorikan saya adalah orang yang beruntung, Bagaimana tidak! Mental orang yang kalah telah menutupi ruang-ruang otak saya. Su’udzan kepada juri mengelilingi luasnya hati. Tapi, Allah swt sayang kepada saya dan menunjukkan rahman dan rahim Nya dengan membalik apa yang ada dalam otak dan hati saya. Seandainya apa yang terjadi adalah sesuai dengan apa yang saya duga maka bisa jadi hati dan pikiran ini tidak akan tertunjuki ke jalan Ilahi. Artinya saya akan terus membudidayakan sikap suka su’udzan dan bermental orang-orang kalah. Demikianlah salah satu metode Allah swt memberikan hidayah kepada hambaNya.
Keenam, bersyukur dan tawadhu’. Berhasil atau belum berhasil haruslah senantiasa bersyukur dan tawadhu’. Bersyukur dikala berhasil mungkin lebih mudah dilakukan dari pada dikala gagal. Tapi hakikatnya bila kita mau mengambil hikmah sebenarnya setiap hasil yang kita terima itu adalah suatu keberhasilan. Misalkan ingin meraih juara 1 tapi kenyataannya tidak mendapat juara sama sekali. Maka syukurilah itu karena sebenarnya telah ada keberhasilan yang telah teraih. Pertama berhasil ikut lomba, kedua berhasil dari situasi buruk yang mungkin akan terjadi bila menjadi juara, berhasil untuk sabar dan memompa semangat untuk kemajuan karya ke depannya. Dan apabila kita bisa bersyukur diatas kegagalan maka itu adalah keberhasilan yang luar biasa dihadapan Allah swt, dan insyaAllah sikap kita yang demikian itu akan dibalas dengan yang lebih baik kedepannya.
Tawadhu’ dikala gagal adalah hal yang lebih mudah dibanding dikala berhasil. Kenapa tawadhu haruslah ada dalam setiap kondisi? Itu disebabkan hakikat segala hal yang teraih adalah kepunyaan Allah swt semata. Sukses yang diraih adalah pemberian Allah swt, dan kegagalan adalah metode Allah swt untuk menyadarkan manusia akan kelemahan dirinya. Oleh karena itu tawadhu’ adalah hal yang harus menempel dalam diri manusia. Bukankah Allah swt juga telah berfirman “ Dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS. Luqman: 18)
Demikianlah sekiranya hikmah yang bisa kita petik. Dapatlah disimpulkan bahwa rahasia sukses adalah melakukan 2 bentuk ikhtiar yaitu ikhtiar horizontal berupa usaha yang dilakukan manusia dan ikhtiar vertikal berupa doa kepada Allah swt. InsyaAllah dengan begitu akan diperoleh kemudahan dalam pekerjaan dan qanaah apapun hasil yang akan diraih. Dan dengan mengambil hikmah dari setiap peristiwa akan menjadikan diri menjadi tenang dan selalu bersyukur. Wallahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah