Tulisan
ini adalah bentuk syukur saya kepada Allah swt dan mudah-mudahan menjadi tulisan
penuh hikmah untuk pembaca. Saya tidak pernah menduga bahwa akan mendapat juara
dalam lomba karya ilmiah tentang inovasi pembelajaran yang diselenggarakan oleh
Kementrian Agama Kabupaten Trenggalek pertengahan Desember 2012. Awal membaca
surat edaran dari KEMENAG perihal lomba itu saya belum tergiur mengingat waktu
yang diperlukan cukup banyak, karena harus mengetik, membuat media dan
lain-lain. Belum lagi waktu itu bersamaan dengan ujian akhir semester, saya
harus koreksi dan menulis rapot.
Saya
adukan kebimbangan itu kepada Allah swt dalam sholat lima waktu. Entah apa yang
terjadi kemudian, saya menjadi punya kekuatan, semangat dan ada ide inovasi. Namun
kendala ditengah perjalanan saya alami, seperti malas melanjutkan, perasaan
pesimis menang dan gangguan–gangguan lain yang cenderung negative.
Kembali saya mengadu kepada Allah swt. Saya memohon supaya diberi kekuatan dan semangat menyelesaikan karya
ilmiah ini. Dan Alhamdulillah, saya akhirnya bisa menyelesaikannya dan
mengumpulkannya di hari terakhir deadline.
Keberhasilan
mengumpulkan karya ilmiah itupun saya adukan lagi kepada Allah swt. Beberapa
kali saya mengucapkan terimakasih dan memohon kepada Allah swt supaya saya
terpilih 5 besar, alias ikut final. Hari-hari menunggu pengumuman, saya isi
dengan ikhtiar vertikal yaitu berdoa. Dan Alhamdulillah, saya masuk final.
Namun, perasaan pesimis dan mental orang-orang kalah menemani saya dimenit-menit
selanjutnya hingga hari H.
Negative
thingking akan kalah semakin menghantui
setelah melihat presentasi dari peserta lainnya begitu bagus. Saya kuatkan azam
untuk memberikan presentasi yang terbaik dengan media pembelajara yang telah
saya buat. Selesai presentasi saya meminta kepada Allah swt agar diberikan
sifat orang-orang yang bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Kalah atau
menang tetap bersyukur dan tawadhu’. Dan Alhamdulillah, pengumumun di bacakan
dan saya mendapat juara 1. Sekali lagi saya berterimakasih kepada Allah swt.
Sayapun beristigfar atas semua su’udzan yang telah ada di dalam hati
sebelumnya.
Pembaca,
banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari kisah saya itu. Pertama,
jadikan Allah swt sebagai yang pertama. Hendak melakukan apapun itu awalilah
dengan mengingat dan menyebut Allah swt. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah
hadith, Rasulullah saw bersabda“ Setiap perkara penting yang tidak dimulai
dengan basmallah maka ia kurang berkah” (HR. Abu Daud). Sabda Rasul ini
merupakan petunjuk supaya setiap Muslim memulai apapun (amal baik) itu diawali
dengan menyebut asma Allah swt. Melibatkan Allah swt dalam seluruh aktifitas
akan menjadikan amal barakah. Doa yang dimulai saat ada niat hingga selesainya
suatu pekerjaan akan bisa menghalau hal-hal buruk yang akan menimpa atau bisa
menjadi jalan pembuka rahmat Allah swt.
Kedua, jangan biarkan peluang pergi begitu saja. Jika ada event atau
kesempatan apapun yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kwantitas
nilai kita dihadapan Allah swt maupun manusia maka jangan sia-siakan. Gangguan
dalam diri yang berupa rasa tidak percaya diri, malas dan lain-lain harus
dibuang. Janganlah mengatakan tidak bisa bila masih mau mencoba. Janganlah
mengatakan selamat tinggal bila masih ada kemampuan melakukannya.
Ketiga, susah ataupun senang adukan semuanya kepada Allah swt. Hal yang
menjadi kebiasaan adalah ingat Allah swt ketika susah saja. Dan ketika dalam
kondisi senang lupa dengan Dzat yang memberi kesenangan itu. Kebiasaan yang
demikian haruslah dibuang jauh dalam hidup seorang Muslim. Rasa sedih, gundah,
bingung yang sedang melanda adukan semuanya kepada Allah swt. insyaAllah akan
berubah menjadi bahagia, tenang, kreatif dan inovatif. Sebab Allah swt lah Dzat
yang bisa memberikan kepada kita ide-ide kreatif dan inovatif. Betapa alam raya
beserta isinya ini dipenuhi dengan inovasi, kreatifitas dan inspirasi dari Dzat
yang menciptakannya?
Ingat
Allah swt dikala senang adalah wujud syukur hamba atas nikmat kebahagiaan
tersebut. Bukankah Allah swt dalam sebuah firmanNya berjanji “Jika kamu
bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka
sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Sudah sepatutnya bila
manusia berterimakasih kepada Allah swt, karena sesungguhnya hanya atas
karuniaNya saja manusia bisa meraih apa yang ia harapkan dan inginkan.
Keempat. Usaha maksimal. Doa yang maksimal tanpa diikuti dengan aksi yang
maksimal juga akan membawa pada hasil kerja yang kurang memuaskan, bahkan bisa
jadi menuai kegagalan. Karena faktor penentu keberhasilan itu sebenarnya ridho dan
dukungannya Allah swt semata. Oleh karena itu doa sebagai ikhtiar vertikal
haruslah diimbangi dengan ikhtiar riel di dunia dengan sungguh-sungguh agar
impian yang hendak diraih bisa terkabul. Lebih dari itu usaha atau perbuatan
yang kita lakukan sudah bernilai ibadah sehingga minimal pundi-pundi pahala sudah
ditabung seandainya menuai kegagalan.
Allah
swt berfirman dalam QS Ar Ra’du ayat 11 berbunyi : “Sesungguhnya Allah swt
tidak akan merubah kondisi suatu kaum sehingga kaum itu mau merubah kondisi
dirinya sendiri”. Ayat ini jelas sekali bahwa manusia diperintahkan untuk
berusaha bukan berhasil. Usaha adalah lingkaran yang manusia kuasai sedangkan
hasil itu lingkaran kekuasaan Allah swt.
Kelima, positive thingking (Husnudzan) baik kepada manusia maupun
kepada Allah swt. Dalam kisah di atas nampak betapa saya begitu su’udzun.
Tentu setelah su’udzun tidak terbukti benar maka yang ada dalam diri adalah
rasa berdosa dan bersalah. Benar bila kemudian Allah swt dalam QS al Hujurat
ayat 12 berfirman : ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka (kecurigaan), kerana sebahagian dari prasangka itu dosa. Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah berkata sesuatu yang buruk
antara satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang"
Dalam
kisah di atas bisa dikategorikan saya adalah orang yang beruntung, Bagaimana
tidak! Mental orang yang kalah telah menutupi ruang-ruang otak saya. Su’udzan
kepada juri mengelilingi luasnya hati. Tapi, Allah swt sayang kepada saya dan
menunjukkan rahman dan rahim Nya dengan membalik apa yang ada dalam otak dan
hati saya. Seandainya apa yang terjadi adalah sesuai dengan apa yang saya duga
maka bisa jadi hati dan pikiran ini tidak akan tertunjuki ke jalan Ilahi.
Artinya saya akan terus membudidayakan sikap suka su’udzan dan bermental
orang-orang kalah. Demikianlah salah satu metode Allah swt memberikan hidayah
kepada hambaNya.
Keenam, bersyukur dan tawadhu’. Berhasil atau belum berhasil haruslah
senantiasa bersyukur dan tawadhu’. Bersyukur dikala berhasil mungkin lebih
mudah dilakukan dari pada dikala gagal. Tapi hakikatnya bila kita mau mengambil
hikmah sebenarnya setiap hasil yang kita terima itu adalah suatu keberhasilan.
Misalkan ingin meraih juara 1 tapi kenyataannya tidak mendapat juara sama
sekali. Maka syukurilah itu karena sebenarnya telah ada keberhasilan yang telah
teraih. Pertama berhasil ikut lomba, kedua berhasil dari situasi buruk yang
mungkin akan terjadi bila menjadi juara, berhasil untuk sabar dan memompa
semangat untuk kemajuan karya ke depannya. Dan apabila kita bisa bersyukur
diatas kegagalan maka itu adalah keberhasilan yang luar biasa dihadapan Allah
swt, dan insyaAllah sikap kita yang demikian itu akan dibalas dengan yang lebih
baik kedepannya.
Tawadhu’
dikala gagal adalah hal yang lebih mudah dibanding dikala berhasil. Kenapa
tawadhu haruslah ada dalam setiap kondisi? Itu disebabkan hakikat segala hal
yang teraih adalah kepunyaan Allah swt semata. Sukses yang diraih adalah
pemberian Allah swt, dan kegagalan adalah metode Allah swt untuk menyadarkan
manusia akan kelemahan dirinya. Oleh karena itu tawadhu’ adalah hal yang harus
menempel dalam diri manusia. Bukankah Allah swt juga telah berfirman “ Dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS. Luqman: 18)
Demikianlah
sekiranya hikmah yang bisa kita petik. Dapatlah disimpulkan bahwa rahasia
sukses adalah melakukan 2 bentuk ikhtiar yaitu ikhtiar horizontal berupa usaha
yang dilakukan manusia dan ikhtiar vertikal berupa doa kepada Allah swt. InsyaAllah
dengan begitu akan diperoleh kemudahan dalam pekerjaan dan qanaah apapun hasil
yang akan diraih. Dan dengan mengambil hikmah dari setiap peristiwa akan
menjadikan diri menjadi tenang dan selalu bersyukur. Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar