Apabila kita pandai maka ada orang lain yang menjadikan kita pandai. Apabila kita bisa menyebut nama-nama benda karena itu juga ada yang mengajari kita. Apabila kita mampu berjalan dan berlari karena itu juga ada orang tua yang melatih berjalan. Apabila kita memiliki rumah itu juga karena ada tukang bangunan yang membangunnya. Apabila kita memiliki kendaraan itu juga karena ada perusahaan yang memproduksinya.
Dan saat ini apabila kita masih bisa menghirup udara karena Allah SWT masih memberikan ruh dalam diri ini. Dan apabila kita menyadari hal ini, akan kelemahan diri maka itu karena ada iman. Ya, iman yang Allah SWT anugerahkan kepada kita. Dan adakah anugerah yang lebih besar dari anugerah iman ini? Fabiayyi ala irabbikuma tukadzdziban. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Kelebihan diri baik fisik, harta, kedudukan, ilmu, tidak jarang membuat manusia membanggakan diri. Kelebihan fisik menjadi jalan untuk bertabarruj memikat bukan mahrom. Nikmat harta lupa akan kewajiban yang harus ditunaikan kepada pemilik harta sesungguhnya. Kedudukan melenakan dan merasa jumawa. Adapun ilmu bukan untuk memahami ayat-ayatNya, malah menyalahi tafsirNya.
Beginilah jika kelebihan diri tidak diimbangi dengan
kesadaran akan hakikat diri. Padahal semakin menyelami kehidupan sesungguhnya kita tidak memiliki apapun didunia ini. Tidak ada yang abadi, sebagaimana tidak kekalnya manusia. Lantas, apa yang kita perbuat, bila bukan amal yang diridhoi Ilahi. Allah SWT memberikan perumpamaan akan siapa itu manusia.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini? Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik,”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 26)
Nyamuk, makhluk kecil yang menghisab darah manusia. Dan betapa buruknya, apabila manusia menghisab manusia lainnya? Seperti, pejabat yang mengambil uang negara, seorang pemimpin yang membiarkan rakyatnya kelaparan, orang tua yang tidak mengajarkan agama kepada anaknya, sebuah negara yang menjajah negara lainnya.
Dengan perumpamaan tersebut, hanya orang-orang beriman yang bisa memahami hakikatnya. Dan menyadari apa yang hendak diperbuat dan diperjuangkannya. Menjalani dunia dengan pandangan sebagaimana yang Allah SWT terangkan. Allah SWT berfirman, “Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-An’am 6: Ayat 32). Pandangan seperti inilah yang menjadikan hidup seorang muslim penuh arti dan pengabdian kepada Ilahi Rabbi.
Wallahua’lam.
Sumber:
https://muslimahtoday.net/apa-yang-kita-banggakan-2/
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Dipun Waos Piantun Kathah
-
Kamu, Pasti punya orang tua Ada bapak, ada ibu Senang pastinya kamu, memiliki kedua orang tua Tenang hidup bersama mereka Semua kebutuhan ...
-
Terhitung dari hari ini, Indonesia dipimpin oleh presiden dan wakil presiden baru. Pak Prabowo dan Pak Gibran. Baarakallaahu fiikum. Sebaga...
-
Presiden Jokowi menandatangani PP No 28 Tahun 2024 tentang kesehatan. Pada pasal 103 ayat 1 disebut upaya kesehatan sistem reproduksi anak s...