Pilpres 2019 semakin dekat. Tiada hari kosong dari berita capres/cawapres nomer urut satu dan dua. Rakyatpun bisa membaca. Kira-kira mana media yang mendukung capres nomer urut 1 atau 2. Yang sungguh disayangkan adalah jika seringnya kegiatan baik capres/cawapres dikomentari rakyat sebagai upaya mencari simpati dan menggait hati rakyat untuk memilihnya. “Ingat rakyat saat kampanye, setelah kampanye lupa janjinya”, mungkin itulah kalimat yang mewakili suara hati rakyat.
Tentu, tidak akan muncul penilaian rakyat yang demikian jika selama ini rakyat tidak merasa dibohongi berkali-kali. Demikian pula jika para pemimpin di negeri ini tidak menyebar hoax. Hoax yang secara bahasa didefinisikan sebagai olok-olokan, cerita bohong, yang memperdayakan. Janji saat kampanye akan menjadi hoax jika tanpa alasan yang benar diingkari.
Dalam sistem demokrasi yang menjadikan akal sebagai rujukan hukum, tidak akan mampu membendung nafsu manusia untuk berkuasa. Sehingga kran menghalalkan segala cara itu memang bentukan sistem demokrasi. Siapapun yang bertarung dialam demokrasi ini akan sulit menghindari hoax. Apalagi, money politic itu sudah kental. Dari pilihan lurah hingga presiden hampir bisa dikata nonsense tanpa ada peran uang didalamnya.
Kondisi ini akan sangat berbeda dengan pemilihan pemimpin dalam Islam. Dari proses pemilihannya, tujuan pengangkatannya hingga tugas pemimpin berbeda dengan sistem demokrasi. Pemimpin dalam Islam dipilih untuk memimpin manusia sebagai khalifah fil ardh. Sebagai khalifah fil ardh artinya penguasa bertanggungjawab memimpin manusia untuk mensejahterakan bumi. Mewujudkan negeri yang baik dan penuh ampunan dari Rabb alam semesta.
Negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur tersebut hanya bisa diwujudkan jika penguasa menerapkan syariah Allah SWT secara kaffah (totalitas). Tugas inilah yang menjadikan pemimpin dalam Islam takut berbuat hoax. Pertanggungjawaban akhirat atas kepemimpinannya menundukkan hawa nafsu. Demikian pula rakyat, tidak akan bersedia dengan money politic. Karena sadar akan keharamannya dan paham tujuan pemilihan pemimpin dalam Islam.
Jadi, kekuasaan bukan untuk bangga-banggaan. Bukan pula untuk menggeruk harta. Bukan pula untuk menindas dan menguasai bangsa lain. Akan tetapi untuk meninggikan kalimatNya. Khalifah/pemimpin/penguasa adalah memberi jalan hidayah kepada seluruh umat manusia untuk menjadi hamba Allah SWT yang taat melalui penerapan syariah Islam dan dakwah. Jadi penguasa bukan penyebar hoax, tapi teladan dalam ketaatan kepada Rabbnya, penyebar ilmu dan pelaksana syariah. Wallahua’lam bis showab.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dipun Waos Piantun Kathah
-
Kamu, Pasti punya orang tua Ada bapak, ada ibu Senang pastinya kamu, memiliki kedua orang tua Tenang hidup bersama mereka Semua kebutuhan ...
-
Terhitung dari hari ini, Indonesia dipimpin oleh presiden dan wakil presiden baru. Pak Prabowo dan Pak Gibran. Baarakallaahu fiikum. Sebaga...
-
Presiden Jokowi menandatangani PP No 28 Tahun 2024 tentang kesehatan. Pada pasal 103 ayat 1 disebut upaya kesehatan sistem reproduksi anak s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar