Terhitung sejak 17 Agustus 2019 secara bergelombang jamaah haji kembali ke tanah air. Beragam ekspresi para tamu Allah SWT tersebut. Ada yang sujud syukur, tersenyum bahagia hingga yang menangis terharu. Pastinya, bersyukur telah menggenapkan ketaatan atas rukun Islam yang kelima. Yang tidak semua umat Islam berkesempatan melaksanakannya.
Ibadah haji ibadah spektakuler. Ditiap musim haji selalu menorehkan kisah. Pada masa awal syiar Islam, tercatat dalam sirah Nabawiyah. Bagaimana momentum haji dimanfaatkan orang-orang kafir Quraisy untuk menyebarkan propaganda/diayah keji kepada Rasulullah.
Dibawah pimpinan Walid bin Mughiroh mereka berunding. Diayah apa yang tepat disematkan pada Nabi SAW. Disepakatilah untuk menyebut Muhammad si pembawa perkataan yang mengandung sihir yang mampu memisahkan tali persaudaraan, hubungan suami istri dan ikatan kekeluargaan.
Maka saat orang-orang datang ke Makkah di musim haji, duduk-duduklah mereka dijalan yang dilalui rombongan haji. Mereka menyampaikan berita hoax tentang Muhammad SAW. Hingga seantero Makkah diramaikan dengan berita tentang Muhammad SAW.
Sekitar 14 abad lebih peristiwa tersebut berlalu. Perjuangan bertaruh peluh, darah, nyawa dimasa awal dakwah Islam, dinikmati umat Islam masa kini. Tiada lagi propaganda, tiada lagi penghalang datang dari luar. Umat Islam dari berbagai belahan negara bisa dengan khusyuk menjalankan ibadah haji. Berkumpul dengan muslim lainnya dalam beragam perbedaan.
Menyingkap Hikmah Ibadah Haji
Ibadah haji ibadah yang mulia. Bila ditelusuri ada sisi politis yang dapat dipetik hikmahnya dari perintah ibadah haji ini.
Pertama, perintah bagi umat Islam untuk berjamaah. Disetiap hari umat Islam diperintahkan untuk berkumpul dengan muslim lainnya 5x waktu sholat. Ditiap pekannya Allah SWT kumpulkan umat Islam melalui perintah solat jumat. Dan di tiap tahunnya Allah SWT satukan umat Islam dalam skala luas dengan moment sholat Idul Fitri, Idul Adha dan ibadah haji.
Kedua, perintah bagi umat Islam untuk bersatu. ibadah haji refleksi akan persatuan umat Islam. Nyatanya, umat Islam bisa bersatu. perbedaan postur tubuh, warna kulit, asal bangsa dan bahasa bisa disatukan. Tujuan yang sama bisa menghilangkan perbedaan dan perselisihan. Tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Nah jika dalam berhaji umat Islam dapat disatukan. Maka dalam kehidupan, seharusnya pula umat Islam se dunia bisa bersatu. Dasar penyatuannya adalah tujuan untuk menegakkan kalimat Allah SWT. Artinya dengan kalimat tauhid itulah persatuan umat Islam diwujudkan.
Terlebih lagi, ada dukungan syara’ berupa perintah untuk mengangkat seorang khalifah yang memimpin umat Islam. Dan adanya sabda Nabi, mengabarkan akan tegakkanya kembali khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Jadi persatuan umat Islam bukan utopis.
Ketiga, pengorbanan dan solidaritas. Ibadah haji bukan semata meminta pengorbanan berupa harta dan tenaga. Namun juga keluarga hingga nyawa sudah dipasrahkan kepada Allah SWT. Pertimbangan materi tersapu dengan niat suci ibadah haji kerena Allah SWT.
Ibadah haji memupuk solidaritas sesama tamu Allah SWT. Berkorban untuk orang lain. Membantu sesama peserta ibadah haji yang membutuhkan bantuan. Saling berbagi dalam kondisi yang terbatas. Saling mengalah dalam antrian panjang dikamar mandi dll.
Maka pesan solidaritas ini harus dipertahankan selepas berhaji. Dalam wujudnya berupa kepedulian untuk meringankan beban, membebaskan saudara kita yang masih dalam penjajahan eg Palestina, atau yang masih dibawah tirani rezim komunis eg di Uighur.
Ibadah haji sepaket dengan perayaan Idul Adha atau hari raya kurban. Siapa yang mau berkurban? Sebagaimana pertanyaan siapa yang mau ibadah haji. Karena dua ibadah ini manivestasi keimanan. Mereka yang beriman merekalah yang melaksanakannya. Iman adalah kunci. Iman melahirkan keikhlasan untuk totalitas mentaati seluruh perintah Allah SWT. Baik dalam kondisi suka ataupun duka. Lapang ataupun sempit.
Iman seorang muslim ini akan tumbuh subur tatkala hidup dalam habitatnya. Dan habitat seorang muslim adalah hidup dalam sistem Islam. Sistem Islam yang menerapkan hukum Allah SWT secara kaafah. Jadi, bukan dalam sistem demokrasi. Wallahua’lam bis showab.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dipun Waos Piantun Kathah
-
Kamu, Pasti punya orang tua Ada bapak, ada ibu Senang pastinya kamu, memiliki kedua orang tua Tenang hidup bersama mereka Semua kebutuhan ...
-
Terhitung dari hari ini, Indonesia dipimpin oleh presiden dan wakil presiden baru. Pak Prabowo dan Pak Gibran. Baarakallaahu fiikum. Sebaga...
-
Presiden Jokowi menandatangani PP No 28 Tahun 2024 tentang kesehatan. Pada pasal 103 ayat 1 disebut upaya kesehatan sistem reproduksi anak s...
semoga penulisd dan para pembaca artikel ini dimudahkan Allah untuk menyusul ibadah haji
BalasHapusAamiin. Terima kasih atas doanya.
BalasHapus