يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Sabtu, 26 September 2020

BERLAPANG DALAM MENUNTUT ILMU


Apabila pada tulisan sebelumnya, membahas urgensi dari menuntut ilmu dan tidak adanya batas akhir dari belajar. Silahkan dibuka di link ini http://saranakebaikan.blogspot.com/2020/09/belajar-tidak-ada-batas-waktu-dan-usia.html?m=1

Adapun tulisan berikut ini membahas luasnya area belajar yang tidak disekat oleh siapa, apa, dimana dan kapan. Berikut pembahasan lengkapnya.


Berlapang-lapanglah kalian dalam majelis ilmu. Demikian firman Allah SWT dalam QS al Mujadillah: 11. Lapang bukan hanya dimaknai dengan kemauan hati yang bergelora untuk menuntut ilmu. Bukan hanya juga dengan perasaan gembira saat menuntut ilmu. Bukan pula hanya ringan kaki untuk melangkah ke majelis ilmu. Tapi juga melapangkan pintu-pintu ilmu. Yaitu tidak mensempitkanya sebatas menuntut ilmu di sekolah formal. 

Dalam konteks ini, saya akan menggunakan istilah belajar. Kata belajar memiliki ruang lebih luas. Dimana menuntut ilmu bagian dari belajar. Seseorang sekolah dia menunut ilmu juga belajar. Seseorang bergaul dengan orang lain di tempat kerja, dipasar, di rumah ada pembelajaran. 

Inilah belajar di sekolah kehidupan. Maka ada slogan berbunyi pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman adalah hasil belajar yang diraih seseorang dalam menjalankan perannya dalam kehidupan. Pengalaman bisa berupa pengetahuan -teori/skill- 

Belajar dalam KBBI didefinisikan sebagai usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, di definisikan juga dengan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Dengan definisi tersebut belajar bisa dilakukan di setiap detik, setiap saat.  Dengan interaksi dan peristiwa yang terjadi bisa menjadi guru. Memberi pengetahuan hingga menyusun sebuah teori. Teori otentik berdasar fakta yang dialami. Inilah objek keluasan dari belajar. 

Bersambung........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dipun Waos Piantun Kathah