Hem, pastinya, bagai tertampar para orang tua mendengar pernyataan tersebut. Bagaimana, anak yang digadang-gadang sebagai investasi akhirat mendapat predikat seperti itu. Tentunya, banyak yang bertanya, hasil penelitian kapan dan oleh siapa yang dijadikan rujukan statement Pak Fahru Rozi tersebut.
Belum reda, diskusi publik terkait agenda moderasi Islam di negara ini, sekarang ditindih lagi dengan isu radikalisme dikalangan millennial yang good looking. Kabar ini tentu hot, panas dan membikin makin serem orang melihat Islam dan generasi mudanya. Was-was dan sikap curiga bisa muncul ditengah-tengah umat Islam. Mereka akan saling berprasangka dan takut berkumpul dengan sesama muslim. Terlebih bila secara penampakan fisik sudah berbeda. Semisal berjenggot, good looking, rapi, hafal Quran, celana cingkrang. Sedang bagi yang perempuan berjubah, rapi, good looking juga. Tentu orang awam bisa tarik kaki untuk jaga jarak. Sudah pandemi membuat orang jaga jarak. Dengan adanya statement Pak menteri agama ini bisa menambah jarak lagi. Bukan hanya jarak dengan ukuran cm, tapi hingga jarak batin. Sebagai buah rasa was-was dan curiga.
Isu radikalisme sebenarnya bukan hal baru. Sejak isu terorisme di gulirkan ke dunia bersaranakan peristiwa ambruknya gedung WTC di Amerika Serikat tahun 2001, kategorisasi Islam mengemuka. Dari Islam fundamentalist, tradisional, sekuler, modern. Dan sayangnya, kriteria pengkategorian itu sesuai dengan arahan Barat -negara pengemban sekulerime-kapitaliesme-. Sehingga radikalisme diarahkan pada kelompok Islam yang dikategorikan fundamentalist. Yaitu mereka yang menolak sekulerisme, demokrasi, setuju penerapan Islam kaffah.
Sungguh ini merugikan umat Islam. Pasalnya, amanah yang Allah SWT bebankan kepada setiap orang beriman adalah untuk menjalankan Islam secara kaffah. Sebagaimana Allah firmankan dalam QS. Baqarah: 208
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan. Karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata".Mengambil Hikmah dari Pernyataan Pak Menteri
Tidak sedikitnya pihak yang merespon pernyataan Pak Menag menunjukkan sensitifnya pernyataan tersebut. Dan perhatiannya umat terhadap isu-isu yang digulirkan terhadap Agama ini. Ada nasehat dari Wakil Ketua MUI Muhyidin Junaidi, bahwa Menag supaya menarik semua tuduhannya yang tidak mendasar dan mencederai umat Islam tersebut. Nasehat selanjutnya, Menag diminta membaca banyak literatur yang benar sehingga tidak mengikuti naskah ceramah yang dibuat oleh pihak yang memiliki hidden agenda. Berikutnya, Menag juga diminta tidak mengeneralisir satu kasus ditengah masyarakat sebagai perilaku mayoritas umat. (detik.com, 4/9/2020).
Nasehat yang disampaikan oleh Wakil Ketua MUI tersebut adalah Hikmah yang bisa dipetik bagi umat Islam seluruhnya. Bukan hanya Menag, walau itu terkhusus bagi beliau. Ketika seseorang salah memberikan statement atau pernyataan yang dibangun dari zhan -prasangka bukan bukti/fakta- yang benar maka ia harus meminta maaf dan menarik statemennya. Ini adalah sikap gentle seorang muslim.
Dan adalah suatu keharusan bagi umat Islam untuk terus belajar dan memperdalam pemahaman agamanya. Sehingga tidak mudah terseret oleh opini/pemikiran dan perilaku diluar ajaran Islam. Terlebih ditengah arus ghazwul fikri -perang pemikiran- antara peradaban Islam dengan Barat saat ini. Menjadi keharusan bagi umat Islam untuk menekuni belajar Islam.
Selanjutnya, adalah tidak melakukan generalisir atas satu kasus untuk semua. Tentu hal ini berbahaya, terlebih bila menyangkut urusan agama dan umat ini. Ghirah hijrah kawula muda adalah kabar gembira yang seharusnya dijadikan pemantik untuk mendobrak umat Islam kepada kebangkitannya. Bukan ditakut-takuti dengan isu-isu yang digulirkan oleh Barat.
Jadi dari statement Pak Menag ini bisa menjadi pelajaran bagi umat Islam semuanya. Perputaran roda peradaban dimuka bumi adalah keniscayaan. Sebagaimana kepastian bahwa yang haq pasti menang dan yang batil pasti tersingkir. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kalian dan yang beramal shalih bahwa Allah akan memberikan kekuasaan kepada mereka dibumi sebagaimana Allah telah memberikan kekuasaan kepada orang-orang sebelum mereka. Dan Allah akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang diridhoiNya. Dan bagi mereka akan diganti dari rasa takut menjadi aman. Mereka beribadah kepadaku dan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatupun. Dan barangsiapa yang kafir setelah itu maka mereka itulah orang-orang fasik" (QS. An Nuur: 55)
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
"Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap" (QS. Al Isra': 81)
Wallahua'lam bis showwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar