Hawa Ramadhan yang sudah terasa, menjadi menyesakkan tatkala muncul berita ciri-ciri penceramah radikal, larangan mengundang penceramah radikal. https://www.republika.co.id/berita/r8krz6320/beredar-daftar-ustadz-penceramah-radikal-ini-tanggapan-kemenag
Istilah radikal yang subjektif dan tidak jelas hingga saat ini, dicuatkan kembali menjelang Ramadhan.
Contoh subjektifitas definisi radikal adalah bahwa bisa saja seseorang menyebut, radikal atas kenaikan kebutuhan pokok yang melonjak semaunya. Bahkan minyak goreng bisa bikin gelombang antrian manusia. LPG naik, daging naik, bawang merah naik, lombok naik, tomat naik, beras naik. Kenaikan yang bersifat radikal ini membuat ibu-ibu pusing memutar uang.
Contoh berikutnya; seorang muslimah itu wajib berhijab. Ketika ada wanita muslimah pakai celana dalam dan penutup buah dada saja di pantai, itu bisa disebut sebagai wanita radikal dan melanggar adat ketimuran -Indonesia-.
Pertanyaannya, siapa yang radikal antara wanita tersebut dengan seorang muslimah yang berkerudung dan pakai gamis? Mana yang menjaga kehormatan dan menghormati adat ketimuran?
Demikian pula mana yang radikal antara laki-laki dipantai yang pakai celana dalam saja dengan laki-laki yang pakai baju lengkap hanya celananya sampai mata kaki?
Kadang kita mudah terbawa arus yang dibuat oleh barat. Sehingga perilaku liberal -bebas- kita terima begitu saja walau itu melanggar agama juga norma kesopanan bangsa Indonesia. Maka mari jernih berfikir, agar kita bisa berfikir sehat akan prespektif negatif yang ditiupkan barat. Barat ingin umat Islam tidak menjalankan syariat agamanya, membenarkan kebebasan ala barat, dan memberi cap radikal atas orang-orang Islam yang taat menjalankan ajaran agamanya.
Mereka yang Radikal
Bagi penulis, orang yang radikal adalah mereka yang berani melawan Tuhannya. Secara mendasar yaitu keimanan, mereka berani menduakan Al Khaliq -Allah SWT- dengan makhluk. Sehingga perintah manusia lebih ditakuti dan ditaati walau bertentangan dengan perintah Allah SWT. Itulah manusia radikal.
Berikutnya, orang radikal adalah manusia yang menolak aturan Al Khaliq -Allah SWT-. Padahal manusia itu kan mengurus dirinya sendiri tidak mampu. Apakah manusia bisa mengurus denyut jantungnya? Mengurus peredaran darahnya? Mengurus pencernaan makanannya? Jawabannya: manusia tidak bisa. Begitu mau mengubah dan tidak melaksanakan hukum-hukum Allah SWT.
Dengan demikian, seorang mukmin berstatus sebagai apapun ia, jika ia melawan atau menolak syariah Islam maka ia itulah yang radikal. Bukan malah yang taat menjalankan ajaran Islam.
Khatimah
Dari uraian di atas maka dapat kita pahami bahwa penceramah radikal adalah penceramah yang tidak mendakwahkan ajaran Islam. Penceramah yang mengajak meninggalkan syariah Islam. Penceramah yang pro dan mengajak pada ajaran barat seperti sekulerisme, kapitalisme, liberalisme, demokrasi, pluralisme dan isme isme lain yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Jadi, wahai umat Islam, jangan keliru, siapa penceramah radikal itu sebenarnya!.
Wallahua'lam bis showwab.