يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Tampilkan postingan dengan label radikalisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label radikalisme. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 Maret 2022

Awas, Jangan Keliru Tunjuk!

Ramadhan tinggal menghitung hari. Bulan istimewa yang berkahnya bisa dirasakan semesta. Akal dan hati seorang mukmin di bulan Ramadhan berfikir, ibadah dan amal shalih apa yang akan dilakukan. Dan kita perlu bertanya, bila akal dan hati kita tidak tersentuh untuk itu di bulan Ramadhan. 

Hawa Ramadhan yang sudah terasa, menjadi menyesakkan tatkala muncul berita ciri-ciri penceramah radikal, larangan mengundang penceramah radikal. https://www.republika.co.id/berita/r8krz6320/beredar-daftar-ustadz-penceramah-radikal-ini-tanggapan-kemenag

Istilah radikal yang subjektif dan tidak jelas hingga saat ini, dicuatkan kembali menjelang Ramadhan. 

Contoh subjektifitas definisi radikal adalah bahwa bisa saja seseorang menyebut, radikal atas kenaikan kebutuhan pokok yang melonjak semaunya. Bahkan minyak goreng bisa bikin gelombang antrian manusia. LPG naik, daging naik, bawang merah naik, lombok naik, tomat naik, beras naik. Kenaikan yang bersifat radikal ini membuat ibu-ibu pusing memutar uang. 

Contoh berikutnya; seorang muslimah itu wajib berhijab. Ketika ada wanita muslimah pakai celana dalam dan penutup buah dada saja di pantai, itu bisa disebut sebagai wanita radikal dan melanggar adat ketimuran -Indonesia-. 

Pertanyaannya, siapa yang radikal antara wanita tersebut dengan seorang muslimah yang berkerudung dan pakai gamis? Mana yang menjaga kehormatan dan menghormati adat ketimuran? 

Demikian pula mana yang radikal antara laki-laki dipantai yang pakai celana dalam saja dengan laki-laki yang pakai baju lengkap hanya celananya sampai mata kaki?

Kadang kita mudah terbawa arus yang dibuat oleh barat. Sehingga perilaku liberal -bebas- kita terima begitu saja walau itu melanggar agama juga norma kesopanan bangsa Indonesia. Maka mari jernih berfikir, agar kita bisa berfikir sehat akan prespektif negatif yang ditiupkan barat. Barat ingin umat Islam tidak menjalankan syariat agamanya, membenarkan kebebasan ala barat, dan memberi cap radikal atas orang-orang Islam yang taat menjalankan ajaran agamanya.

Mereka yang Radikal

Bagi penulis, orang yang radikal adalah mereka yang berani melawan Tuhannya. Secara mendasar yaitu keimanan, mereka berani menduakan Al Khaliq -Allah SWT- dengan makhluk. Sehingga perintah manusia lebih ditakuti dan ditaati walau bertentangan dengan perintah Allah SWT. Itulah manusia radikal.

Berikutnya, orang radikal adalah manusia yang menolak aturan Al Khaliq -Allah SWT-. Padahal manusia itu kan mengurus dirinya sendiri tidak mampu. Apakah manusia bisa mengurus denyut jantungnya? Mengurus peredaran darahnya? Mengurus pencernaan makanannya? Jawabannya: manusia tidak bisa. Begitu mau mengubah dan tidak melaksanakan hukum-hukum Allah SWT.

Dengan demikian, seorang mukmin berstatus sebagai apapun ia, jika ia melawan atau menolak syariah Islam maka ia itulah yang radikal. Bukan malah yang taat menjalankan ajaran Islam.

Khatimah

Dari uraian di atas maka dapat kita pahami bahwa penceramah radikal adalah penceramah yang tidak mendakwahkan ajaran Islam. Penceramah yang mengajak meninggalkan syariah Islam. Penceramah yang pro dan mengajak pada ajaran barat seperti sekulerisme, kapitalisme, liberalisme, demokrasi, pluralisme dan isme isme lain yang bertentangan dengan aqidah Islam. 

Jadi, wahai umat Islam, jangan keliru, siapa penceramah radikal itu sebenarnya!.

Wallahua'lam bis showwab.









Minggu, 13 September 2020

STATEMENT MENGGELITIK UNTUK GOOD LOOKING

Bersyukurnya orang yang good looking, hafal Quran, dan faqih fiddin. Pasti orang tuanya sangat bangga. Di dunia sudah menjadi permata, apalagi di akhirat kelak. Yang akan memberikan syafaat kepada orang-orang yang dicintainya. Namun, wajah bahagia itu kini menjadi suram. Gara-gara bapak menteri agama mengeluarkan statement good looking menjadi agen radikalisme.

Hem, pastinya, bagai tertampar para orang tua mendengar pernyataan tersebut. Bagaimana, anak yang digadang-gadang sebagai investasi akhirat mendapat predikat seperti itu. Tentunya, banyak yang bertanya, hasil penelitian kapan dan oleh siapa yang dijadikan rujukan statement Pak Fahru Rozi tersebut.

Belum reda, diskusi publik terkait agenda moderasi Islam di negara ini, sekarang ditindih lagi dengan isu radikalisme dikalangan millennial yang good looking. Kabar ini tentu hot, panas dan membikin makin serem orang melihat Islam dan generasi mudanya. Was-was dan sikap curiga bisa muncul ditengah-tengah umat Islam. Mereka akan saling berprasangka dan takut berkumpul dengan sesama muslim. Terlebih bila secara penampakan fisik sudah berbeda. Semisal berjenggot, good looking, rapi, hafal Quran, celana cingkrang. Sedang bagi yang perempuan berjubah, rapi, good looking juga. Tentu orang awam bisa tarik kaki untuk jaga jarak. Sudah pandemi membuat orang jaga jarak. Dengan adanya statement Pak menteri agama ini bisa menambah jarak lagi. Bukan hanya jarak dengan ukuran cm, tapi hingga jarak batin. Sebagai buah rasa was-was dan curiga.

Isu radikalisme sebenarnya bukan hal baru. Sejak isu terorisme di gulirkan ke dunia bersaranakan peristiwa ambruknya gedung WTC di Amerika Serikat tahun 2001, kategorisasi Islam mengemuka. Dari Islam fundamentalist, tradisional, sekuler, modern. Dan sayangnya, kriteria pengkategorian itu sesuai dengan arahan Barat -negara pengemban sekulerime-kapitaliesme-. Sehingga radikalisme diarahkan pada kelompok Islam yang dikategorikan fundamentalist. Yaitu mereka yang menolak sekulerisme, demokrasi, setuju penerapan Islam kaffah.

Sungguh ini merugikan umat Islam. Pasalnya, amanah yang Allah SWT bebankan kepada setiap orang beriman adalah untuk menjalankan Islam secara kaffah. Sebagaimana Allah firmankan dalam QS. Baqarah: 208
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan. Karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata".

Mengambil Hikmah dari Pernyataan Pak Menteri

Tidak sedikitnya pihak yang merespon pernyataan Pak Menag menunjukkan sensitifnya pernyataan tersebut. Dan perhatiannya umat terhadap isu-isu yang digulirkan terhadap Agama ini. Ada nasehat dari Wakil Ketua MUI Muhyidin Junaidi, bahwa Menag supaya menarik semua tuduhannya yang tidak mendasar dan mencederai umat Islam tersebut. Nasehat selanjutnya, Menag diminta membaca banyak literatur yang benar sehingga tidak mengikuti naskah ceramah yang dibuat oleh pihak yang memiliki hidden agenda.  Berikutnya, Menag juga diminta tidak mengeneralisir satu kasus ditengah masyarakat sebagai perilaku mayoritas umat.  (detik.com, 4/9/2020).

Nasehat yang disampaikan oleh Wakil Ketua MUI tersebut adalah Hikmah yang bisa dipetik bagi umat Islam seluruhnya. Bukan hanya Menag, walau itu terkhusus bagi beliau. Ketika seseorang salah memberikan statement atau pernyataan yang dibangun dari zhan -prasangka bukan bukti/fakta- yang benar maka ia harus meminta maaf dan menarik statemennya. Ini adalah sikap gentle seorang muslim.
Dan adalah suatu keharusan bagi umat Islam untuk terus belajar dan memperdalam pemahaman agamanya. Sehingga tidak mudah terseret oleh opini/pemikiran dan perilaku diluar ajaran Islam. Terlebih ditengah arus ghazwul fikri -perang pemikiran- antara peradaban Islam dengan Barat saat ini. Menjadi keharusan bagi umat Islam untuk menekuni belajar Islam.

Selanjutnya, adalah tidak melakukan generalisir atas satu kasus untuk semua. Tentu hal ini berbahaya, terlebih bila menyangkut urusan agama dan umat ini. Ghirah hijrah kawula muda adalah kabar gembira yang seharusnya dijadikan pemantik untuk mendobrak umat Islam kepada kebangkitannya. Bukan ditakut-takuti dengan isu-isu yang digulirkan oleh Barat.

Jadi dari statement Pak Menag ini bisa menjadi pelajaran bagi umat Islam semuanya. Perputaran roda peradaban dimuka bumi adalah keniscayaan. Sebagaimana kepastian bahwa yang haq pasti menang dan yang batil pasti tersingkir. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kalian dan yang beramal shalih bahwa Allah akan memberikan kekuasaan kepada mereka dibumi sebagaimana Allah telah memberikan kekuasaan kepada orang-orang sebelum mereka. Dan Allah akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang diridhoiNya. Dan bagi mereka akan diganti dari rasa takut menjadi aman. Mereka beribadah kepadaku dan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatupun. Dan barangsiapa yang kafir setelah itu maka mereka itulah orang-orang fasik" (QS. An Nuur: 55)

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
"Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap" (QS. Al Isra': 81)

Wallahua'lam bis showwab.

Selasa, 20 Agustus 2019

SIAPA THINK TANK UMAT ISLAM?

Ada diskusi menarik membahas ihwal radikalisme. Sebagaimana diketahui bahwa istilah radikalisme hari-hari ini ramai dibicangkan. Hingga negara memiliki program deradikalisasi.

Awal munculnya istilah radikalisme berkelindan dengan isu terorisme. Sejak peristiwa nine one-one, runtuhnya gedung WTC di Pentagon AS menjadi awal adigium yang dikampanyekan AS “war on terorism”. Gempar dunia dengan perang melawan terorisme. Dan nyata teroris yang dituduhkan AS itu adalah umat Islam. Para teroris dikategorikan dalam kelompok radikal. Sebagaima map dari Rand Corporation sebagai lembaga think tank As yang membagi Islam dalam 4 kelompok, yakni Muslim fundamentalis –radikal-, tradisional, modernis dan sekuleris.

Pengklasifikasian umat Islam itu terasa pengaruhnya kepada muslim Indonesia. Mereka yang taat di cap fundamentalis, ekstrimis, radikalis. Sampai-sampai ajaran Nabi SAW seperti bercelana cingkrang, berjenggot, berjubah, berkerudung lebar ditakuti. Bahkan itu dimasukkan ciri Islam radikal. Bicara syariah juga dianggap radikal. Hem. Padahal islam itu kan berisikan aqidah, syariah. nah kok anehnya kata syariah sekarang ditakuti. Bener-bener sukses upaya barat bikin umat islam kegi dengan ajaran agamanya sendiri. Islamophobia.

Sedangkan mereka yang belajar isme-isme lain kayak komunis eh ga dianggap radikal loh. Yang pamer aurat dengan baju seksinya, pelaku LGBT, juga tidak masuk radikal. Jadinya yang benar dimata syara' dibenci. Giliran yang keliru dipelihara.

Ngomongin Think Tank
Eh, btw tulisan ini tidak bermaksud membahas jauh bab radikalisme. Adapun yang menarik lainnya untuk dibahas adalah istilah think tank. AS sebagai negara adidaya punya lembaga think tank yang kerjaannya luar biasa. Bayangkan mereka sampai membuat klasifikasi umat Islam. fundamentalis, tradisional,modernis dan sekuler. Nah, ini hasil kerjanya think tank AS.  Itu artinya selama ini mereka memikirkan umat Islam. Mereka sepertinya, serius tidak rela Islam bangkit dan jaya lagi. Mereka tidak rela hidup bebas ala barat tidak berkembang di negeri-negeri Islam. 

Jadinya, mereka terus membuat isu yang menyudutkan, menjauhkan umat Islam dari agamanya. Bukankah gara-gara isu teroris/radikal membuat ciut nyali generasi Islam untuk menunjukkan identitas keislamannya? Nah akhirnya, yang mewabah adalah generasi yang gaul bebas begitu. Yang seperti itu tuh tidak masuk teroris. Biarpun pakai narkoba yang meneror keselamatan jiwa dan masa depan generasi.

Nah pertanyaannya?, apakah umat Islam saat ini punya lembaga think tank sendiri? belum ada ya.

Era kapitalis ini, think tank nya umat Islam adalah pribadi umat Islam itu sendiri. Menjadi pemikir untuk melindungi pikiran/hati/perilaku dari liberalisme ala barat. Mau nyamain rand corporationnya AS? Berat. Mereka didukung dana, teknologi, umala’ dll. 

Ibaratnya barat itu sudah diatas angin melihat kita. Nah kita yang ditiup angin mereka. Akhirnya morat marit, kacar kacir umat islam saat ini. dipecah belah pemahamannya. Dibuatkan monster ajaran agamanya sendiri. Bahaya kan?

Benar sabda Nabi SAW yang berpesan agar kita berpegang pada kitabullah dan sunnah Nabi SAW. itulah yang akan membawa kepada keselamatan. Bukan berpegang pada persepsi liberal kapitalis apalagi komunis. Serem. Wallahua'lam. 

Dipun Waos Piantun Kathah