Dalam kaca mata moderasi beragama, dibolehkan memberikan ucapan selamat atas hari raya umat agama lain. Bahkan Kanwil Kemenag Sulsel menerbitkan edaran tentang pemasangan spanduk ucapan natal dan tahun baru (www.republika.co.id, 19/12/2021). Kontan hal ini menuai pro kontra di masyarakat.
Moderasi Bagaikan Semut Hitam di Atas Batu Hitam
Allah SWT telah mengingatkan kaum muslimin dalam ayat berikut:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِ سْلَا مُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰ يٰتِ اللّٰهِ فَاِ نَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَا بِ
"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 19)
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan berita dari Allah SWT bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi Allah SWT selain Islam. Sehingga siapa yang menghadap Allah SWT dengan agama yang bukan syariahNya, tertolak. Allah SWT berfirman,
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِ سْلَا مِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُ ۚ وَهُوَ فِى الْاٰ خِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
"Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 85)
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan, seorang muslim disebut benar imannya, jika ia tidak mengakui atau membenarkan agama selain Islam.
Jika seorang muslim memberi ucapan selamat natal maka itu bentuk pengakuan akan agama tersebut. Dan membenarkan acara tersebut. Seperti jika ada seorang yang lagi ulang tahun, kemudian kita memberi ucapan selamat ultah, maka itu artinya kita mengakui ia berulang tahun/lahir ditanggal itu dan membenarkan perayaan ulang tahun tersebut. Dan bukankah amal lisan itu buah pikiran dan hati?
Jadi, tidak bisa dikatakan mengucapkan selamat natal hanya sebagai bentuk penghormatan semata, nihil pengakuan dan pembenaran. Inilah bahaya tersamar, ibarat semut hitam di atas batu hitam yang tidak dirasa salahnya oleh seorang muslim.
Berikutnya, perayaan natal yang saat ini dirayakan oleh kaum nasrani adalah perayaan atas kelahiran yesus kristus (Isa al Masih) yang diakui sebagai anak Tuhan, dan hal ini bertentangan dengan ajaran Islam. Allah SWT berfirman,
قَا لَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗ اٰتٰٮنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا
"Dia ('Isa) berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi," (QS. Maryam 19: Ayat 30)
Jadi, jika seorang muslim terlibat dalam perayaan natal kaum nasrani saat ini atau pun mengucapkan selamat natal maka secara tidak langsung ikut menjerumuskan mereka ke dalam kesesatan. Sehingga mereka semakin jauh untuk sampai kepada agama yang benar dan di ridhoi Allah SWT yaitu Islam.
Selain itu, umat nasrani sendiri, mengerti bila dalam Islam tidak diperbolehkan memberikan selamat atas perayaan umat agama lain. Lantas, kenapa umat Islam malah 'pikun'?
Toleransi Harus!
Islam tegas dalam aqidah tapi berkasih sayang dengan semua umat manusia. Urusan agama Allah SWT melarang hambaNya memaksakan Islam. Allah SWT berfirman,
لَـكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." (QS. Al-Kafirun 109: Ayat 6)
لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِا لطَّا غُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِا لْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَا مَ لَهَا ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 256)
Islam pun tegas dalam menjaga aqidah umatnya. Allah SWT mengingatkan hambaNya agar tidak mati kecuali dalam keadaan Islam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:َ
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْن
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwa lah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepadaNya. Dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim"َ (QS. Ali Imran: 102)
Untuk penjagaan aqidah ini, Islam memiliki mekanisme hingga melibatkan peran negara untuk mencegah terjadinya murtad.
Ketegasan Islam ini menunjukkan Islam adalah agama toleran. Tanpa harus menambahkan frase moderasi beragama/Islam moderat, murni diambil dari kitabullah dan hadist Rasul, Islam mengajarkan untuk toleran.
Islam mengharamkan umatnya mengganggu ibadah dan ritual agama lainnya. Tenggangrasa dengan membiarkan mereka dengan keyakinan dan ibadahnya dan tidak memberi ucapan selamat atas hari raya mereka. Karena hari raya bagian dari keyakinan, iman dan ibadah. Jadi inilah toleransi yang benar bukan yang keblabasan.
Khatimah
Nabi SAW dan para sahabat adalah teladan terbaik. Rasulullah SAW dan khulafaur rasyidin telah memimpin negara dengan rakyat yang plural. Ada Islam, nasrani, dan yahudi. Mereka sejahtera, damai dan toleran. Walau yang sejauh penulis ketahui, tidak ada riwayat para penguasa negara tersebut memberikan selamat atas hari raya umat agama lain. Demikian pula para imam 4 madzab. Lantas kenapa kita yang masih belajar tidak meneladani mereka? Wallahua'lam bis showwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar