يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Selasa, 09 Desember 2025

Angkapun Punya Teman, Iyakah?

Berteman atau bersosialisasi dengan manusia lainnya itu sudah fitrah. Siapapun ia, pasti berinteraksi dengan lainnya. Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, juga telah memfasilitasi umatnya untuk berteman. Diantara ayat yang memerintahkan untuk saling mengenal adalah sebagai berikut;

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 

“ Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti” (QS. Al-Hujurat: 13)

Dari ayat di atas, kita jadi tahu, bahwa Allah subhānahu wa ta’ala memerintahkan hambaNya untuk saling mengenal. Dari saling kenal kemudian berteman dan bersaudara.

Pertemanan Angka 1 dan 9

Pertemanan angka 1 dan 9 disini maksudnya, keberadaan angka 9 jika dikolaburasikan dengan angka 0 sampai 10, itu bisa menghasilkan angka 1. Dari situ diambil hikmah bahwa angka 9 ini berteman baik dengan angka 1. Dan angka 9 juga berteman baik dengan angka-angka lainya.

Berikut bukti pertemanan angka 9 dengan angka 1 sampai 10 yang dikutip dari bukunya Abah Salma Alif Sampayya. 

0 x 9 + 1 = 1

1 x 9 + 2 = 11

12 x 9 + 3 = 111

123 x 9 + 4 = 1.111

1.234 x 9 + 5 = 11.111

12.345 x 9 + 6 = 111.111

123.456 x 9 + 7 = 1.111.111

1.234.567 x 9 + 8 =  11.111.111

12.345.678 x 9 + 9 = 111.111.111

123.456.789 x 9 + 10= 1.111.111.111

Jadi, bila angka bisa berteman baik bahkan se-setia itu, maka benarlah hadist Rasulullah ﷺ terkait pesan beliau kepada umatnya. Dari Nu’man bin Basyir radiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Perumpamaan orang yang beriman yang saling mencintai dan saling menyayangi serta saling mengasihi bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota menderita sakit, maka yang lain ikut merasakan hingga tidak bisa tidur dan merasa demam” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nah, semoga tulisan singkat ini menginspirasi untuk kemudian berbuat baik pada sesama. Jangan saling mencela, jangan saling menyakiti, tapi bersaudara dan bergaul dengan baik dengan lainnya. Wallahua’lam bis shawāb. 

 

Selasa, 21 Oktober 2025

Versi Penyajian Kisah dalam Al-Quran

Al-Quran sebagai kalamullah, diantaranya berisi kabar atau kisah dari masa Nabi Adam 'alaihissalam hingga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Penyebutan kisah tersebut apabila ditelaah dari sudut penamaan surah dan nama aktor dalam kisah tersebut ditemukan beberapa versi.

Versi satu, kisah diceritakan di seluruh ayat pada satu surah, tidak dikisahkan di surah lainnya dan aktor di kisah itu menjadi nama surah. Contohnya kisah Nabi Yusuf 'alaihissalam ada di surah Yusuf saja.

Versi dua, kisah diceritakan dalam seluruh ayat di satu surah dan kisahnya juga disebutkan di surah lainnya dan aktor juga menjadi nama surah. Contohnya adalah kisah Nabi Nuh 'alaihissalam. Surah Nuh keseluruhan ayatnya berkisah Nabi Nuh 'alaihissalam, dan disebutkan juga kisahnya di surah lainnya, seperti di surah Al-Mukminun, Asy-Syu'ara dan lainnya.

Versi tiga, kisah diceritakan di beberapa ayat saja di satu surah dan aktor tidak menjadi nama surah tersebut. Contohnya kisah ratu Balqis pada surah An-Naml.

Versi empat, kisah diceritakan di beberapa ayat saja di satu surah dan aktor menjadi nama surah tersebut. Contohnya kisah Luqman hanya ada di beberapa ayat di surah Luqman.

Versi lima, kisah diceritakan di beberapa ayat saja di satu surah, dan tempat para aktor tersebut menjadi nama surah. Contohnya kisah para penghuni goa (Al Kahfi) dalam surah Al-Kahfi.

Versi enam, kisah diceritakan dalam  beberapa ayat saja di beberapa surah dengan topik cerita yang sama dan aktor tidak menjadi nama surah dalam Al-Quran. Contohnya adalah kisah Nabi Adam 'alaihissalam dan setan. Kisah ini diceritakan di surah Al Baqarah, Al-A'raf, Al-Isra'.

Versi tujuh, kisah diceritakan di beberapa ayat saja di beberapa surah yang berbeda dan aktor di kisah itu menjadi nama di salah satu surah dimana aktor diceritakan. Contohnya kisah nabi Ibrahim 'alaihissalam, dikisahkan di beberapa surah, diantaranya surah Al-Baqarah, surah Al-An'am, surah Ibrahim, surah Al-Anbiya dan lain-lain. Dan Ibrahim menjadi nama surah ke-14 yaitu surah Ibrahim.

Versi delapan, kisah diceritakan di beberapa ayat saja di beberapa surah yang berbeda dan aktor tidak menjadi nama surah Al-Quran. Contohnya kisah nabi Sulaiman 'alaihissalam terdapat di beberapa surah diantaranya surah An-Naml, surah Al-Anbiya, surah Saba dan lainnya. Dan tidak ada dalam Al-Quran surah Sulaiman.

Versi sembilan, kisah menceritakan anggota keluarganya aktor sedang aktor yang menjadi nama surah tidak ada kisahnya. Contohnya adalah kisah keluarga Imran  menceritakan Hannah (istrinya Imran) dan Maryam (anaknya Imran) dalam surah Ali Imran.

Versi sepuluh, aktor menjadi nama surah dimana di surah tersebut tidak ada kisah terkait aktor tersebut, tetapi kisahnya diceritakan di surah-surah lainnya. Contohnya adalah surah Muhammad. Di surah ini tidak tersebut kisah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, tapi di surah lainnya tersebut kisah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.

Inilah diantara versi penyajian kisah dalam Al-Quran yang penulis temukan dilihat dari sudut penamaan surah dan nama aktor dalam kisah tersebut. Adapun apabila ada versi lain atau ada koreksi, boleh disampaikan. Wallahua'lam bis shawâb.

Senin, 06 Oktober 2025

Taman Pendidikan Alquran dan Madin Dikala Hujan

TPA/Q dan Madin Dikala Hujan
 Diantara sekolah   non formal.

 Taman   pendidikan   Alquran.

 Ada yang   menyebutnya   TPQ.

 Ada juga yang menyebutnya TPA.

Adapun Madin ialah Madrasah Diniyah.


Variatif kelembagaan mereka melekat.

Ada yang melekat pada lembaga formal.

Seperti melekat pada pesantren.

Melekat pada madrasah ibtidaiyah.

Dan ada yang berdiri tanpa lekatan.


Bisa tidak ada beda, hujan dan terik.

Itu bila melekat pada lembaga formal.

Wajah yang berbeda.

Tuk TPA/TPQ dan Madin tanpa lekatan.

"Kok bisa?"


Hujan.

Tetesan air dari langit.

Meredam ghiroh (semangat).

Meredam kekuatan kaki murid.

"Iyakah?"


Bukan memotivasi.

Hujanpun jadi alasan orang tua.

Mendukung anaknya.

Di rumah saja.

"Piyê toh?"


Inilah fakta.

Beda di hati antara sekolah formal dan non formal.


Sekolah formal.

Hujan deras bukan alasan absen.

Semangat berangkat.

Orang tuapun tancap gas.

"Betul"


Bila demikian bagaimana?


Belajar agama.

Dari iqro' hingga ilmu quran.

Dari huruf hijaiyah hingga kitab tanpa harokat.

Dari ilmu aqidah, hadist, fiqih, tarikh, bahasa arab.

Bukanlah ilmu non formal.


Semua itu ilmu syar'i.

Wajib dipelajari.

Memahaminya, menghindarkan diri dari kesalahan.

Memahaminya, menyelamatkan dunia dan akhirat.

Memahaminya, jalan mendekat pada Allah subhânahu wa ta'ala dan RasulNya.

"Jadi sadar"

Alhamdulillâh.

Minggu, 28 September 2025

Antara Kaumnya Nabi Musa, Sahabatnya Nabi Muhammad dan Kita

Baitul maqdis ditetapkan atas kaumnya Nabi Musa 'alaihissalam.

Allah subhanahu wa ta'ala yang menetapkan.

Telah hidup di dalamnya kaum Jabbar.

Dua belas dari mereka dikirim sebagai utusan.

Tertangkap semua oleh seorang Jabbar.


Dipulangkan, tidak dibunuh.

Sepuluh memprovokasi Bani Israil untuk tidak berjihad.

Kaum Jabbar yang mereka sangat takut padanya.

Kejam, bengis, besar, laksana raksasa.


Dua yang bertakwa berkata.

Perangilah lewat pintu gerbang.

Kemenangan akan diraih.

Selamanya kami tidak akan memasukinya, jawab Bani Israel.


Kata mereka,

Pergilah Musa bersama Rabbmu untuk berjihad.

Adapun kami pilih duduk menunggu.

Akhirnya, gurun tyan menjadi tempat tinggal mereka.

Balasan atas penentangan mereka pada Nabinya.


Empat puluh tahun di gurun tandus, kering berkekurangan.

Berputar di bumi tak tahu jalan keluar.

Tiga ratus nabi diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud telah mereka bunuh.

Nabi Musa 'alaihissalam pun dibuat repot oleh mereka.


Banyak menyanggal, banyak meminta, tidak puas, bersegera dalam dosa, sering melanggar syariat yang ditetapkan atas mereka, membiarkan kemungkaran diantara mereka.

Sungguh, menjengkelkan karakter mereka.


Dan bandingkan dengan sahabat Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam.

Merekalah sebaik-baik pengikut.

Merekalah sebaik-baik sahabat.

Merekalah sebaik-baik pembela Nabi.


Mendengar dan taat.

Itulah mereka.

Baik atas firman Tuhannya ataupun sabda Nabinya.

Pembelaan atas Nabinya melebihi pembelaan atas diri dan keluarganya.

Hormatnya pada Nabi mereka bukan dengan sujud dan ruku di depannya.

Tapi dengan pembenaran, ketaatan dan pemuliaan.


Mereka selalu siap atas seruan jihad.

Berperang bersama Nabinya.

Tidak meminta kepada Nabinya ini dan itu.

Walau dalam kondisi kehausan, kepayahan dan kelaparan melawan musuh.


Sholat dan berdoa.

Mengadukan dan memohon atas apa yang mereka alami dan butuhkan.

Disampingnya, Nabi yang mulia membersamai mereka.

Malaikat penolongpun turun dari atap tak bertiang.

Air tercurah dari langit.

Kemenangan demi kemenangan.


Sahabiah Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam tidak berbeda.

Mereka yakin sepenuhnya.

Membenarkan Nabinya.

Apa sabdanya ditaati.

Setiap ayat yang turun diimaninya.


Bersama para sahabat ikut berjihad.

Mengobarkan semangat jihad.

Merelakan keluarganya syahid.

Kata mereka, mulia syahid di jalanNya.

Malu, bila sembunyi sedang Nabinya berjihad.

Wanita-wanita yang Islam menjasad dalam dirinya.


Sahabat sahabiah Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam.

Mereka hidup, melihat dan membersamai Nabinya.

Mukjizat ditatap mata.

Akhlaq mulia menjadi suguhan.

Akal dan hati yang lurus pada mereka.

Tunduk, beriman.


Kemudian, kita?

Umat di akhir masa.

Seperti apa?

Pada diri masing-masing jawabannya!

Wallâhua'lam bis shawâb.

Sabtu, 16 Agustus 2025

Berpikir Tentang Tuhan

Bila manusia tercipta punya hati, dan hati tempatnya perasaan, maka manusia bisa menilai, ketika lantainya kotor, ia akan mengatakan kotor. Ketika melihat jalanan yang bersih dari sampah, ia akan memujinya. Bersih, indah, nyaman dipandang. Inilah ungkapan hati, ungkapan perasaan. Setiap yang punya hati, ia pasti berkata demikian. Baik dia mengakui adanya Tuhan ataupun tidak. 

Itulah namanya bawaan. Melekat pada diri manusia. Andai, manusia berkenan melanjutkan dengan perenungan. Mengajak akalnya untuk berpikir, berpikir, siapa yang menghadirkan perasaan bawaan yang demikian itu pada dirinya?

Tidaklah perasaan itu dapat di-indera. Tapi manusia merasakan keberadaannya. Tidaklah pula akal dapat di-indera. Tapi manusia melakukan aktivitas berpikir. Tidaklah denyut nadi dalam diri manusia dalam perintahnya. Ia berdenyut mengikuti ketetapan. Ketetapan yang bukan dari dirinya. 

Andai, akalnya terus berpikir, berpikir tentang dirinya. Tentang rambut di kepalanya hingga ujung kakinya. Tentang tumbuh kembang dirinya. Tentang semua potensi jasmaninya. Tidaklah sulit lisanya untuk berkata, " Aku ada, tapi kendali sistem tubuhku bukan di tanganku".

Inilah perjalanan akal, jika ia terus berpikir, ia akan bertanya, " Siapa pemegang kendali sistem tubuhku?" Bila akalnya sehat, ia akan berfikir adanya Tuhan. Dan ia akan melanjutkan berpikirnya hingga menemukan siapa Tuhan yang benar itu?

Bukan semata Tuhan pencipta dirinya. Tapi Tuhan pencipta semesta alam. Jika alam semesta di-ibaratkan sebagai suatu himpunan, maka Tuhan sebagai pencipta alam semesta itu bukan anggota himpunan semesta alam, bukan pula subset (himpunanan bagian) dari semesta alam. Karena jika anggota dan subset dari semesta alam, berarti Tuhan itu makhluk, bukan al khâliq (pencipta) semesta alam.

Dari sini, maka akal yang berpikir bisa menyimpulkan, bahwa Tuhan itu bukan matahari, bulan, pohon, lautan, bintang, apalagi patung. Karena itu semua bagian dari alam semesta. 

Dan jika Tuhan bukan anggota dan bukan pula subset semesta alam, maka logis bila mata manusia tidak bisa menjangkau wujudnya. Bukankah yang di semesta alam ini saja, hanya sedikit yang mampu dijangkau indera manusia? 

Bahkan yang keluar dari dirinya sendiri, seperti wujud kentut, bau, ataupun di luar dirinya seperti angin tidak dapat dilihatnya?. Sampai disini, jadi mudahkan, melogika ketika Tuhan tidak dapat di-indera mata manusia?

Jika manusia terus berpikir, ia akan berkata, "Mataku terbatas, dan bukan aku yang menjadikannya terbatas" 

Semakin sadar dan semakin sadar. Manusia bagian dari alam semesta. Manusia hanyalah makhluk diantara trilyunan makhluk lainnya.

Atas Tuhan Dibutuhkan Iman

Dalam pembahasan Tuhan, maka perangkat inti yang dibutuhkan manusia adalah iman, bukan logika. Logika itu alat untuk menghantarkan pada iman. Bahkan tanpa berlogika dulu, iman pada Tuhan itu bisa. Buktinya adalah anda yang lahir dari keluarga beriman, dijadikan oleh kedua orang tua anda menjadi anak yang beriman. 

Adapun tempat iman itu dalam hati. Sedangkan hati tempatnya perasaan. Bukan semata perasaan untuk menilai bersih atau kotor. Lebih tinggi dari itu, hati bisa menimbang benar atau salah. Maka agar iman tidak dibangun dari perasaan semata, dan bukan suatu kebetulan ketika pada diri manusia diberi software bernama akal, ada maksud dari setiap penciptaan, termasuk akal, yaitu agar manusia berpikir, diantaranya berpikir akan Tuhannya. 

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Tuhan itu bukan anggota dan bukan pula subset semesta alam. Karena Dia pencipta semesta alam, Dia adalah alkhâliq, Dia adalah rabbul 'âlamîn -Tuhan semesta alam-.

Tuhan itu bila berbilang maka diantara mereka pastilah makhluk. Jika makhluk maka tidak bisa disebut sebagai Tuhan. Maka Tuhan itu mengharuskan Dia esa. Keesaan inilah yang menghilangkan peluang Tuhan itu diciptakan. Jadi, Tuhan itu ahad. Tidak beranak, tidak diperanakkan. 

Maha Benar Allah subhânahu wa ta'ala dengan segala firmanNya. Dan kami beriman kepada Allah subhânahu wa ta'ala. Maka catatlah kami ya rabb, sebagai hamba yang beriman. Âmîn yâ rabbal'âlamîn.

Wallâhua'lam bis shawâb.

Jumat, 25 Juli 2025

Dalam Sehari

Manusia

Setiap hari berkata, berbuat, berpikir dan istirahat

Bila dihitung, dan sepertinya tidak ada yang mau menghitungnya

Ada berapa banyak kata yang telah terucap?


Tidak berbeda dengan perbuatan

Dalam sehari, seseorang kesulitan juga mengingat bahkan menghitung apa yang telah dilakukan tangannya, matanya, kakinya.

Tapi, siapa juga manusia yang mau mendatanya.


Berpikir apalagi lagi.

Manusia selalu berpikir, tapi tidak mudah merekam apa saja yang telah dipikirkan sejak bangun tidurnya sampai tidur lagi.


Dan hal berbeda dengan tidur (istirahat). 

Hampir semua orang yang tidak dalam kondisi pikun, hilang akal, akan bisa menghitung berapa kali dalam sehari ini tidur.


Inilah diantara ayat Tuhan kalian

Yang ada pada diri manusia

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦ مَنَامُكُم بِٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱبۡتِغَآؤُكُم مِّن فَضۡلِهِۦٓ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَسۡمَعُونَ

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." (QS. Ar-Rum 30: Ayat 23)


Allah subhânahu wa ta'ala merekam semuanya yang terjadi

Semua yang dilakukan makhlukNya.

Bahkan apa yang dilakukan hatinya manusiapun Allah Subhanahu wa ta'ala merekamnya.

Allah subhânahu wa ta'ala berfirman:

قُلۡ إِن تُخۡفُواْ مَا فِي صُدُورِكُمۡ أَوۡ تُبۡدُوهُ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُ ۗ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٞ

"Katakanlah, "Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya." Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 29)


Dan yang paling amazing

Semua yang dikatakan, diperbuat, dipikirkan hingga tidur yang dilakukan manusia adalah menyibak tabir lauh mahfuzNya.

Karena semua telah tertulis dalam lauh mahfuzNya.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَمَا تَكُونُ فِي شَأۡنٍ وَمَا تَتۡلُواْ مِنۡهُ مِن قُرۡءَانٍ وَلَا تَعۡمَلُونَ مِنۡ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيۡكُمۡ شُهُودًا إِذۡ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعۡزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثۡقَالِ ذَرَّةٍ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِي ٱلسَّمَآءِ وَلَآ أَصۡغَرَ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكۡبَرَ إِلَّا فِي كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

"Dan tidaklah engkau berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat Al-Qur'an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di Bumi maupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." (QS. Yunus 10: Ayat 61)

Nah, apa yang tertulis di dalam lauh mahfuzNya untuk anda hari ini?

Jawab sendiri-sendiri ya.

Rabu, 02 Juli 2025

Tempat-Tempat Bersejarah di Kota Madinah

Siapa yang pernah ke Madinah? 

Apabila belum, kenalan dulu yuk dengan beberapa tempat bersejarah di kota Madinah. Dengan mengenalnya terlebih dahulu, semoga ke depan bisa berkunjung ke tempat-tempat tersebut. Âmîn.

1. Masjid Quba

Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad ﷺ setelah sampai di Madinah. Waktu itu namanya belum Madinah, tetapi Yasrib. Nabi Muhammad ﷺ sampai di Madinah dari Makkah pada tahun 1 H/ 622 M. Posisi Quba ini di sebelah tenggara kota Madinah, berjarak plus minus 5 km. 

Masjid Quba ini disebutkan dalam Alquran. Allah ﷻ berfirman;

لَا تَقُمْ فِيْهِ اَبَدًاۗ لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ 

Janganlah engkau melaksanakan salat di dalamnya (masjid itu) selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama lebih berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri”. (QS. At Taubah: 108)

2. Masjid Qiblatain

Masjid Qiblatain artinya masjid dua kiblat. Di masjid inilah Nabi Muhammad ﷺ diperintahkan Allah subhânahu wa ta'ala untuk mengubah kiblatnya. Dari awalnya menghadap Masjidil Aqsha berganti ke ka'bah di Masjidil Haram. Untuk itulah disebut dengan Masjid Qiblataini. Dan sebelum berubah nama menjadi Masjid Qiblataini, masjid ini bernama Masjid Bani Salamah, karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah.  

3. Masjid Nabawi

Masjid Nabawi dibangun pada tahun 1 Hijriah, ukurannya pada waktu itu 35 x 30 meter. Dan Rasulullah ﷺ terlibat langsung dalam pembangunan Masjid Nabawi ini. Waktu itu atapnya dari dahan kurma, temboknya dari batu, tiangnya dari batang kurma. Adapun Masjid Nabawi saat ini telah mengalami perluasan, megah, hingga bisa menampung 1 jutaan jamaah. Di Masjid ini pula ada makam Nabi Muhammad ﷺ dan 2 sahabatnya yaitu Abu Bakar ash Shidiq dan Umar bin Khattab. 

Dalam hadistnya, Rasulullah ﷺ bersabda, “ Satu kali shalat di Masjidku ini lebih besar pahalanya daripada seribu shalat di masjid yang lain, kecuali di Masjid al Haram. Satu kali shalat di Masjid Al Haram lebih utama dari pada seratus ribu kali shalat di masjid lainnya” (HR. Ahmad)

4. Jabal Magnet

Jabal Magnet atau gunung magnet ini berada di daerah Mantiqo Baidho sekitar 30 km di luar Madinah. Disebut dengan jabal magnet karena tempat ini mengandung magnet yang begitu besar sehingga kendaraan yang melewati lokasi ini bisa tertahan lajunya atau terdorong hingga kecepatan 120 km/jam tanpa memasukkan gigi persneling mobil.   

5. Bukit Uhud

Bukit Uhud adalah saksi peristiwa bersejarah yaitu pertempuran kaum muslimin dengan kafir Quraisy. Bukit ini melihat langsung bagaimana proses kaum muslimin yang meraih kemenangan dalam peperangan itu, hingga kemudian bisa berubah menjadi kekalahannya. Di perang Uhud inilah paman Nabi ﷺ yaitu Hamzah bin Abdul Muthollib syahid. Jabal Uhud berada sekitar 5 km dari kota Madinah, dan kini telah dipenuhi dengan hunian, jalan dan lainnya. 

6. Percetakaan Alquran 

Percetakan Alquran di Madinah ini adalah percetakan Alquran terbesar di dunia. Dalam setahun percetakan ini bisa mencetak sekitar 8 juta eks Alquran. Percetakan Alquran ini dibangun di lahan Malik Fahd. Dibangun tahun 1405 H/1984 M.

Itulah diantara tempat-tempat bersejarah yang ada di kota Madinah Al Munawwarah. Semoga kita di-izinkan Allah ﷻ untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah tersebut. Âmîn.

Sumber: The Amazing Islamic Legacy, Alquran Alkarim Cordoba

Selasa, 01 Juli 2025

Perempuan Dalam Alquran, Siapa Saja?

Alquran telah menyebutkan beberapa perempuan dengan latar yang berbeda-beda. Untuk urutan no 1 sampai 6 bisa dibaca di link berikut ini;

https://menggoreskanide.blogspot.com/2025/06/perempuan-dalam-alquran-siapa-saja.html?m=1

Adapun urutan no 7 sampai 13 bisa dibaca di link berikut ini;

https://menggoreskanide.blogspot.com/2025/06/perempuan-dalam-alquran-siapa-saja_19.html?m=1

Dan urutan selanjutnya, sebagaimana uraian berikut ini.  

14. Istrinya Nabi Luth 'alaihissalam

Nabi Luth 'alaihissalam diutus kepada kaum dengan kondisi kaumnya memiliki kelainan dalam pemikiran dan perasaan. Mereka berpikiran benar kalau berhubungan sesama jenis. Dan perasaan mereka puas dengan hal itu.

Tugas berat bagi Nabi Luth membenahi pemikiran dan perasaan kaumnya. Tugas itu semakin berat ketika istrinya sendiri bersekutu dengan kaum gay tersebut. 

Istri Nabi Luth menjadi bukti bahwa iman itu karunia dari Allah subhânahu wa ta'ala. Istri seorang Nabi belum tentu dikarunia kemudahan dalam menerima hidayah yang datang kepadanya. 

Ya, di dakwahi tidak mempan, ditunggu-tunggu tidak segera taubat, turunlah utusan dari langit untuk mengazab mereka. Dan salah satu yang terkena azab itu adalah istrinya Nabi Luth sebagaimana disebutkan di ayat berikut ini.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَمَّآ أَن جَآءَتۡ رُسُلُنَا لُوطًا سِيٓءَ بِهِمۡ وَضَاقَ بِهِمۡ ذَرۡعًا ۖ وَقَالُواْ لَا تَخَفۡ وَلَا تَحۡزَنۡ إِنَّا مُنَجُّوكَ وَأَهۡلَكَ إِلَّا ٱمۡرَأَتَكَ كَانَتۡ مِنَ ٱلۡغَٰبِرِينَ

"Dan ketika para utusan Kami (para malaikat) datang kepada Luth, dia merasa bersedih hati karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak mempunyai kekuatan untuk melindungi mereka, dan mereka (para utusan) berkata, "Janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkanmu dan pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia termasuk orang-orang yang tinggal (dibinasakan)." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 33)

15. Istri Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam

Rasulullah shallallâhu 'alahi wa sallam nabi penutup beristrikan 1 orang yaitu Sayyidah Khadijah. Bertambahnya istri beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam setelah wafatnya Sayyidah Khadijah. Beliau menikahi 10 wanita setelah wafatnya Sayyidah Khodijah. Dengan demikian total istri beliau ada 11 orang; Khadijah binti Khuwalid, Aisyah binti Abu Bakar, Saudah binti Zam'ah, Hafshah binti Umar, Juwariyah binti Al Harist, Shafiyah binti Huyay, Maymunah, Zainab binti Jahsyi, Ummu Salamah, Ramlah binti Abu Safyan, Zainab binti Khuzaimah.

Dan Qs Al Ahzab ayat 28 ini mewakili penyebutan istri-istri beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam. Quran surah al Ahzab ini termasuk surah madaniyah, berarti minus Sayyidah Khodijah yang sudah wafat. Dan di ayat yang lain seperti Qs At Tahrim ayat 3 disebutkan kisah Aisyah dan Hafshah. Dan di QS Al Ahzab ayat 37 ada kisah Zainab. Berikut ayat yang mewakili penyebutan istri-istri Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدۡنَ ٱلۡحَيَٰوةَ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيۡنَ أُمَتِّعۡكُنَّ وَأُسَرِّحۡكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا

"Wahai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, "Jika kamu menginginkan kehidupan di dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar kuberikan kepadamu mut‘ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik."" (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 28)

16. Sarah

Sayyidah Sarah mirip dengan istri Nabi Zakaria. Yaitu mengalami masa kehamilan di usia lanjut. Sayyidah Sarah adalah istri Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Bayi yang dikandung Sayyidah Sarah di usia lanjut itu adalah Nabi Ishak 'alaihissalam. Berikut ayat yang menyebutkan keberadaan Sayyidah Sarah yang terkejut saat diberi informasi bahwa ia bakal mengandung Nabi Ishak 'alaihissalam.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَأَقۡبَلَتِ ٱمۡرَأَتُهُۥ فِي صَرَّةٍ فَصَكَّتۡ وَجۡهَهَا وَقَالَتۡ عَجُوزٌ عَقِيمٞ

"Kemudian istrinya datang memekik (tercengang) lalu menepuk wajahnya sendiri seraya berkata, "(Aku ini) seorang perempuan tua yang mandul."" (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 29)

17. Wanita yang Mengajukan Gugutan Kepada Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam

Wanita yang mengadu kepada Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam tersebut adalah Khaulah binti Tsa'labah sebagaimana diceritakan oleh Aisyah berikut ini.

Aisyah radiyallâha berkata, "Maha suci Dzat yang pendengaranNya meliputi segala sesuatu. Sesungguhnya aku pernah mendengar Khaulah binti Tsa'labah yang mengadukan suaminya Aus bin Shamit kepada Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam..." (HR Hakim).

Peristiwa Khaulah binti Tsa'labah inilah yang menjadi sebab nuzul turunnya ayat berikut ini.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

قَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا وَتَشۡتَكِيٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسۡمَعُ تَحَاوُرَكُمَآ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعُۢ بَصِيرٌ

"Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 1)

18. Asiyah 

Fir'aun memiliki beberapa istri salah satunya Asiyah. Asiyah satu-satunya istri Fir'aun yang beriman. Dan Asiyah memberikan teladan dalam berpegang teguh dalam keimanan. Kemegahan istina Fir'aun tidak menarik hatinya. Ia memilih keimanan meski bertaruh nyawa.

Berikut ayat Alquran yang menyebutkan Asiyah ketika berdoa memohon diselamatkan dari kejahatan Fir'aun dan meminta dibangunkan rumah di surga.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱمۡرَأَتَ فِرۡعَوۡنَ إِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ٱبۡنِ لِي عِندَكَ بَيۡتًا فِي ٱلۡجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِن فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِي مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ

"Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir'aun, ketika dia berkata, "Ya Tuhanku, bangunkan lah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,"" (QS. At-Tahrim 66: Ayat 11)

19. Istri Nabi Nuh 'alaihissalam

Istri Nabi Nuh 'alaihissalam menjadi pelajaran bahwa perkara keimanan itu tidak dipaksakan sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah: 256. Maka Nabi Nuh pun hanya mendakwahi dan menyampaikan tugasnya, dan tidak menggunakan tangan besi memaksa istrinya beriman kepada Allah subhânahu wa ta'ala. Kisah ini juga memberi pelajaran bahwa siapa yang disesatkan Allah subhânahu wa ta'ala maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk, meski suaminya sendiri. Maka bersyukurlah bagi pemilik akal dan hati yang itu mudah menerima kebenaran. 

Berikut ayat yang menyebutkan istri Nabi Nuh 'alaihissalam.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱمۡرَأَتَ نُوحٍ وَٱمۡرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَيۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَٰلِحَيۡنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمۡ يُغۡنِيَا عَنۡهُمَا مِنَ ٱللَّهِ شَيۡئًا وَقِيلَ ٱدۡخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّٰخِلِينَ

"Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh, dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), "Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)."" (QS. At-Tahrim 66: Ayat 10)

20. Istri Abu Lahab

Surah terakhir yang menyebutkan keberadaan perempuan di dalamnya adalah Quran Surah al Lahab. Surah yang menerangkan kisah Abu Lahab dan istrinya. Persekutuan sepasang suami istri dalam menyakiti Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam. 

Berikut ayat yang menyebutkan keberadaan istri Abu Lahab. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَٱمۡرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلۡحَطَبِ

"Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah)." (QS. Al-Lahab 111: Ayat 4)

Inilah perempuan-perempuan yang tersebut dalam Alquran yang penulis temukan. Wallâhua'lam apabila masih ada yang terlewat. 

Khatimah

Alquran telah menyebutkan banyak perempuan dalam Alquran. Dan tidak bisa ditetapkan berapa jumlahnya. Keberadaan perempuan-perempuan temannya istri Al Aziz menjadikan angka itu tidak bisa ditemukan. 

Adapun yang dapat di-identifikasi bahwa Alquran telah menyebutkan wanita yang beriman dan tidak beriman. Dari mereka bisa diambil pelajaran. Dan semoga hingga menghadap Allah subhânahu wa ta'ala, kita semuanya ditetapkan sebagai hamba yang beriman. Âmîn yâ rabbal'âlamîn.

Kamis, 19 Juni 2025

Perempuan Dalam Alquran, Siapa Saja?

Perempuan yang disebutkan dalam Alquran untuk urutan no 1-6 bisa dibaca dilink berikut ini : https://menggoreskanide.blogspot.com/2025/06/perempuan-dalam-alquran-siapa-saja.html?m=1

Adapun urutan selanjutnya adalah sebagai berikut;

7. Rahel (Ibunya Nabi Yusuf 'alaihissalam)

Nabi Yusuf 'alaihissalam adalah anak dari Nabi Ya'kub 'alaihissalam. Nabi Ya'kub ini menikahi 2 wanita bersaudara yaitu Rahel dan Lea. Nah dari pernikahan Nabi Ya'kub dengan Rahel menghasilkan keturunan Nabi Yusuf 'alaihissalam dan Bunyamin.

Ibunya Nabi Yusuf ini di Alquran tidak menyebutkan namanya, tapi disebut dengan kedua orangtuanya. Orang tuanya Nabi Yusuf tersebut berarti Nabi Ya'kub dan Rahel. Berikut ayat yang menceritakannya. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَرَفَعَ أَبَوَيۡهِ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ وَخَرُّواْ لَهُۥ سُجَّدًا ۖ وَقَالَ يَٰٓأَبَتِ هَٰذَا تَأۡوِيلُ رُءۡيَٰيَ مِن قَبۡلُ قَدۡ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا ۖ وَقَدۡ أَحۡسَنَ بِيٓ إِذۡ أَخۡرَجَنِي مِنَ ٱلسِّجۡنِ وَجَآءَ بِكُم مِّنَ ٱلۡبَدۡوِ مِنۢ بَعۡدِ أَن نَّزَغَ ٱلشَّيۡطَٰنُ بَيۡنِي وَبَيۡنَ إِخۡوَتِيٓ ۚ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٞ لِّمَا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ

"Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, "Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS. Yusuf 12: Ayat 100)

8. Sayyidah Hajar

Hajar adalah buyut dari Nabi Yusuf. Tapi bukan buyut sedarah, kalau orang sekarang menyebutnya dengan buyut tiri. Jadi Sayyidah Hajar ini adalah istrinya Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Nabi Ibrahim memiliki anak Nabi Ismail (dari istri Hajar) dan Nabi Ishak (dari istri Sarah). Nah Nabi Ishak punya anak, Nabi Ya'kub. Nabi Ya'kub punya anak, Nabi Yusuf. Sampai sini jadi mengerti ya garis besar silsilah keluarga Nabi Ibrahim 'alaihissalam. 

Nah, penyebutan sayyidah Hajar dalam Alquran adalah tidak langsung menyebutkan namanya, tapi dengan perbuatan Nabi Ibrahim ketika berdoa kepada Allah subhânahu wa ta'ala bahwasannya beliau meninggalkan dzurriyah (Nabi Ismail) yang ia waktu itu bersama Sayyidah Hajar di lembah dekat Ka'bah. Penunjuk bahwa bayi Nabi Ismail tidak ditinggal sendirian, tapi bersama ibunya yaitu Hajar adalah kata ganti jamak (hum) pada kata إِلَيۡهِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم. 

Berikut ayat yang menjelaskan akan hal ini.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

رَّبَّنَآ إِنِّيٓ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيۡرِ ذِي زَرۡعٍ عِندَ بَيۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلَٰوةَ فَٱجۡعَلۡ أَفۡئِدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهۡوِيٓ إِلَيۡهِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ

"Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim 14: Ayat 37)

9. Istrinya Nabi Zakaria 'alaihissalam

Nabi Zakaria adalah pamannya Maryam (ibunya Nabi Isa 'alaihissalam). Kisahnya, Nabi Zakaria hingga diusia lanjut belum punya keturunan. Dan istrinya disebut mandul. Sepasang suami istri ini yaitu Nabi Zakaria dan istrinya adalah teladan dalam kesetiaan. Meski belum dikarunia keturunan hingga usia lanjut mereka tidak berpisah juga tidaklah Nabi Zakaria menikahi wanita lain. Hingga suatu hari Nabi Zakaria berdoa di mihrabnya Maryam meminta keturunan. Dan berkat keberkahan mihrabnya Maryam, doa Nabi Zakaria diijabah saat beliau berdiri shalat. Malaikat menyampaikan kabar akan lahirnya Nabi Yahya dari rahim istrinya. Dan berikut ayat yang menyebutkan keberadaan istri Nabi Zakaria. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا

"Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu," (QS. Maryam 19: Ayat 5)

10. Ratu Balqis 

Satu-satunya raja perempuan yang disebutkan dalam Alquran adalah ratu Balqis. Ia dari negeri Saba'. Dia dan kaumnya menyembah matahari. Penyebutan ratu Balqis dalam Quran surah An Naml, dengan tidak menyebutkan namanya langsung. 

Ratu Balqis contoh wanita yang mudah menerima kebenaran setelah melihat bukti yang nyata. Diakhir acara setelah bertemu dengan Nabi Sulaiman 'alaihissalam, ratu Balqis menyatakan keimanannya kepada rabbul'âlamîn -Allah subhânahu wa ta'ala-. 

Berikut salah satu ayat Alquran yang menyebutkan ratu Balqis ketika ia berdialog dengan para pejabatnya. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ

"Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia."" (QS. An-Naml 27: Ayat 29)

11. Ibunya Nabi Musa 'alaihissalam

Ibunya Nabi Musa mengandung Nabi Musa dimasa pemerintahan Firaun yang kejam. Ia membunuh hidup-hidup bayi laki-laki melalui tangan tentaranya. Dan untuk menyelamatkan bayi Nabi Musa, ibunya punya ide dengan ilham dari Allah subhânahu wa ta'ala untuk menghayutkan Nabi Musa ke sungai nil. Berikut ayat yang menceritakan hal itu sekaligus ayat yang menyebutkan keberadaan ibu Nabi Musa 'alaihissalam dalam Alquran.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَرۡضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفۡتِ عَلَيۡهِ فَأَلۡقِيهِ فِي ٱلۡيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحۡزَنِيٓ ۖ إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيۡكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ

"Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, "Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang Rasul."" (QS. Al-Qasas 28: Ayat 7)

12. Saudara perempuan Nabi Musa 

Nabi Harun adalah saudara kandung Nabi Musa. Nah mereka juga memiliki saudara kandung perempuan. Nah penyebutan saudara perempuan Nabi Musa ini diterangkan di ayat berikut ini;

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَقَالَتۡ لِأُخۡتِهِۦ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتۡ بِهِۦ عَن جُنُبٍ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ

"Dan dia (ibunya Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, "Ikutilah dia (Musa)." Maka kelihatan olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya,"(QS. Al-Qasas 28: Ayat 11)

13. Dua Anaknya Syekh Madyan

Syekh Madyan ini dalam tafsir Ibnu Katsir, disebutkan ada yang berpendapat itu adalah Nabi Syuaib. Ada juga yang berpendapat itu keponakan Nabi Syuaib, dan pendapat berikutnya Syeikh Madyan itu adalah orang Shalih di wilayah Madyan. 

Karena ada beda pendapat maka penulis memilih untuk tetap menyebutnya dengan Syeikh Madyan sebagaimana dalam terjemah Alquran. 

Penyebutan dua puteri Syeikh Madyan dalam Alquran adalah ketika Allah subhânahu wa ta'ala menceritakan kisah mereka yang antri memberi minum ternak mereka. Inilah jalan bagi Nabi Musa 'alaihissalam bertemu dengan jodohnya. Setelah menolong dua perempuan itu dalam memberikan minum ternaknya, Nabi Musa diundang untuk menghadap Syekh Madyan. Dan dialog demi dialog, jadi deh Syekh Madyan itu menawarkan kepada Nabi Musa untuk menikahi salah satu puterinya.

Dua puteri Syeikh Madyan ini contoh anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Berikut salah satu ayat yang menyebutkan keberadaan dua puteri Syeikh Madyan tersebut.

Allah Subhanahu wa taala berfirman:

فَجَآءَتۡهُ إِحۡدَىٰهُمَا تَمۡشِي عَلَى ٱسۡتِحۡيَآءٍ قَالَتۡ إِنَّ أَبِي يَدۡعُوكَ لِيَجۡزِيَكَ أَجۡرَ مَا سَقَيۡتَ لَنَا ۚ فَلَمَّا جَآءَهُۥ وَقَصَّ عَلَيۡهِ ٱلۡقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفۡ ۖ نَجَوۡتَ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ

"Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, "Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikanmu memberi minum ternak) kami." Ketika (Musa) mendatangi ayah wanita itu (Syeikh Madyan) dan dia (Syeikh Madyan) menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia berkata, "Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."" (QS. Al-Qasas 28: Ayat 25)

Bersambung...


Senin, 16 Juni 2025

Perempuan Dalam Alquran, Siapa Saja?

Siapa saja wanita yang disebut dalam Alquran? Dan kalau dihitung-hitung ketemukah jumlahnya?

Penyebutan perempuan oleh Alquran, tidak ada kaitannya dengan emansipasi ataupun kesetaraan gender.

Alquran diturunkan sekitar 14 abad yang lalu. Adapun gerakan feminis yang mengusung kesetaraan gender dan emanspasi muncul di akhir abad 18 M. Gerakan ini efek dari perlakuan yang dirasa tidak adil terhadap perempuan di dunia Barat, yang tidak berhukum berdasarkan Alquran dan Alhadist. 

Allah subhânahu wa ta'ala tidak mengajarkan kesetaraan gender. Allah subhânahu wa ta'ala memandang laki-laki dan perempuan adalah sama, tingkat ketakwaannya yang menjadikan mereka bisa lebih mulia di hadapan Allah subhânahu wa ta'ala. Laki-laki memiliki peran dalam kehidupan sebagaimana ketentuan syara', demikian pula perempuan. 

Allah subhânahu wa ta'ala Yang Maha Mengurusi, mengurus dan memelihara semua manusia yang diciptakanNya. 

Dengan demikin, perempuan dalam Islam, tidak perlu memperjuangkan kesetaraan gender ataupun emanispasi. Yang harus mereka perjuangkan adalah pelaksanaan peran sebagaimana perintah Allah subhânahu wa ta'ala dan RasulNya. 

Diantara Wanita yang Tersebut Dalam Alquran

Ada hukum, pelajaran, dan hikmah dari perempuan yang disebutkan dalam Alquran. Dan berikut diantara sosok perempuan yang tersebut dalam Alquran. Penulis urutkan sesuai urutan surah Alquran yang menyebutkan mereka.

1. Sayyidah Hawa

Sayyidah Hawa (istri Nabi Adam 'alaihissalam) adalah sosok wanita pertama yang diciptakan Allah subhânahu wa ta'ala. Dan penyebutannya dalam Alquran menempati posisi pertama bersama Nabi Adam 'alaihissalam, yaitu dalam Quran Surah Albaqarah. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَقُلۡنَا يَٰٓئَادَمُ ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ وَكُـلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

"Dan Kami berfirman, "Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!"" (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 35)

2. Hannah (Istrinya Imran)

Imran seorang shalih yang nama keluarganya menjadi nama surah ketiga dari Alquran yaitu Ali Imran. Imran memiliki istri shalihah bernama Hannah, ia sangat menginginkan melahirkan keturunan yang mengabdi kepada Allah subhânahu wa ta'ala menjadi penjaga Masjidil Aqsha. Nah, waktu itu yang boleh menempati posisi istimewa di Masjidil Aqsha adalah hanya anak laki-laki. Maka Hannahpun berharap terlahir dari rahimnya anak laki-laki. 

Itikad Hannah untuk menjadikan anaknya sebagai hamba yang mengabdi kepada Allah subhânahu wa ta'ala, sampai ia nadzarkan sebagaimana disebutkan di ayat berikut ini. Dan ayat ini sekaligus menjadi ayat penyebutan atas diri Hannah dalam Alquran.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَٰنَ رَبِّ إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

"(Ingatlah), ketika istri `Imran berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui."" (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 35)

3. Maryam binti Imran

Keturunan yang diharapkan oleh Imran dan istrinya, akhirnya terkabulkan. Hannah melahirkan seorang bayi yang diberkahi. Tapi, bukan bayi laki-laki, melainkan bayi perempuan. Bayi tersebut diberi nama Maryam. Dan meski ia seorang perempuan, maka Hannah tetap melaksanakan nadzarnya. 

Maryam berkembang dan tumbuh. Ia pun mengabdikan dirinya kepada Allah subhânahu wa ta'ala. Ia memiliki mihrab khusus di Masjidil Aqsha. Pengurusan Maryam selanjutnya diserahkan kepada pamannya yaitu Nabi Zakaria 'alaihissalam. Hal ini sebagaimana diterangkan di ayat berikut ini. Dan ayat ini sekaligus menjadi ayat yang menyebutkan Maryam dalam Alquran.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقًا ۖ قَالَ يَٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ

"Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, "Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?" Dia (Maryam) menjawab, "Itu dari Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 37)

4. Tiga menantu Nabi Nuh 'alaihissalam

Nabi Nuh 'alaihissalam adalah nabi dengan usia hidup 1000 tahun dikurang 50 tahun. Sepanjang ia hidup yang menurut ukuran manusia milineal sekarang adalah waktu yang luar biasa lama hidup di dunia, ia berdakwah hanya 6 orang yang mengimani apa yang beliau dakwahkan. Bahkan anaknya sendiri (Kan'an) tidak mengimani ajarannya. 

Keenam orang tersebut ada dalam bahtera kapal penyelamat yang dibuat Nabi Nuh 'alaihissalam atas perintah Allah subhânahu wa ta'ala. Dalam tafsir Ath Thabari dijelaskan bahwa ke enam orang tersebut adalah 3 anaknya dan 3 perempuan menantunya. Dengan demikian 3 perempuan menantu Nabi Nuh 'alaihissalam ini adalah wanita beriman yang taat. Penyebutan mereka sebagaimana diterangkan di ayat berikut ini.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَمۡرُنَا وَفَارَ ٱلتَّنُّورُ قُلۡنَا ٱحۡمِلۡ فِيهَا مِن كُلٍّ زَوۡجَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِ وَأَهۡلَكَ إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيۡهِ ٱلۡقَوۡلُ وَمَنۡ ءَامَنَ ۚ وَمَآ ءَامَنَ مَعَهُۥٓ إِلَّا قَلِيلٞ

"Hingga apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, Kami berfirman, "Muatkanlah ke dalamnya (kapal itu) dari masing-masing (hewan) sepasang (jantan dan betina), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan (muatkan pula) orang yang beriman." Ternyata orang-orang beriman yang bersama dengan Nuh hanya sedikit." (QS. Hud 11: Ayat 40)

5. Istri Al Aziz

Al Aziz sebagai pembesar Mesir waktu itu memiliki istri. Dan ia pun memiliki pembantu yang tidak umum. Kenapa tidak umum? Karena pembantunya tersebut adalah Nabi Yusuf 'alaihissalam. Nabi Yusuf tinggal serumah dengan majikannya itu. Ayat berikut menyebutkan keberadaan istri Al Aziz sekaligus kisah fitnah yang hampir menimpa Nabi Yusuf 'alaihissalam dengan wanita tersebut.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَرَٰوَدَتۡهُ ٱلَّتِي هُوَ فِي بَيۡتِهَا عَن نَّفۡسِهِۦ وَغَلَّقَتِ ٱلۡأَبۡوَٰبَ وَقَالَتۡ هَيۡتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ رَبِّيٓ أَحۡسَنَ مَثۡوَايَ ۖ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ

"Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, "Marilah mendekat kepadaku." Yusuf berkata, "Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung." (QS. Yusuf 12: Ayat 23)

6. Perempuan-Perempuan Temannya Istrinya Al Aziz 

Angin pembawa berita gosip atas peristiwa yang menimpa Nabi Yusuf 'alaihissalam dengan sepoi-sepoi menyebar di kalangan wanita-wanita Mesir. Mengetahui berita tentang dirinya menyebar, istri Al Aziz pun jengkel. Ia mengumpulkan wanita-wanita yang mengosip tentang dirinya, untuk ditunjukkan kepada mereka seperti apa sosok Nabi Yusuf 'alaihissalam itu.

Dan berikut ayat yang menceritakan kisah wanita-wanita temannya istrinya al Aziz dan sekaligus ayat ini menjadi bukti penyebutan mereka dalam Alquran.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَقَالَ نِسۡوَةٞ فِي ٱلۡمَدِينَةِ ٱمۡرَأَتُ ٱلۡعَزِيزِ تُرَٰوِدُ فَتَىٰهَا عَن نَّفۡسِهِۦ ۖ قَدۡ شَغَفَهَا حُبًّا ۖ إِنَّا لَنَرَىٰهَا فِي ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

"Dan perempuan-perempuan di kota berkata, "Istri Al 'Aziz menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami pasti memandang dia dalam kesesatan yang nyata."" (QS. Yusuf 12: Ayat 30)

Bersambung...

Sabtu, 07 Juni 2025

Ka’bah

Pernahkah anda melihat ka’bah? Atau pernah menyentuh bagian dari ka’bah? Atau bahkan mencium Hajar Aswad? Sudah, tapi dalam mimpi, jangan begitu jawabannya ya. Hehe

Apabila belum, rajin berdoa, rajin menabung, semoga di waktu mendatang, Allah subhânahu wa ta’ala menerbangkan anda ke negeri yang diberkahi, negeri kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, Makkah Almukarromah. Âmîn yâ rabbal’âlamîn. 

Ka’bah telah menyatukan umat Islam sedunia. Dimanapun umat Islam berdiri untuk sholat, maka semuanya menghadap ka’bah. Itulah makna dari kiblat. Satu arah yang dituju yaitu Ka’bah. 

Allah subhânahu wa ta’ala telah menerangkan terkait arah kiblat ini dalam Alquran. 

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ 

Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidilharam) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan” (QS. Albaqarah: 144)

Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bersama putranya Nabi Ismail ‘alaihissalam. Ka’bah adalah rumah ibadah pertama yang dibangun untuk manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;

اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ 

Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia adalah (Baitullah) yang (berada) di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam” (QS. Ali Imran: 96)

Ka’bah yang dibangun Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ini berukuran tinggi 9 hasta, lebar bagian selatan 20 hasta, bagian utara 22 hasta, panjang sebelah timur 32 hasta, dan sebelah barat 31 hasta. Waktu itu ka’bah belum beratap dan juga belum sempurna pintunya. 

Btw, hasta anda jangan dibandingkan dengan hastanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ya. Maksudnya, ukurannya hasta Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bisa lebih panjang dari ukuran hasta manusia milineal saat ini.   

Nah, Ka’bah juga pernah mengalami kerusakan, semisal ketika tanah haram itu dilanda banjir. Yakni di masa 35 tahun dari kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Dinding Ka’bah dan bagian-bagian dari Hajar Aswad mengalami keretakan. Karena mengalami kerusakan, maka ya diperbaiki. Waktu itu yang memperbaiki adalah kabilah-kabilah sekitar Makkah. 

Ketika mau pasang Hajar Aswad, timbullah perselisihan tentang siapa yang berhak meletakkan batu tersebut di tempatnya. Muncullah kemudian Nabi Muhammad sebagai orang pertama yang memasuki Masjidil Haram. Dan sebagaimana kesepakatan bahwasannya siapa yang muncul pertama ke masjid maka ialah yang meletakkan Hajar Aswad, maka Nabi ﷺ yang meletakkannya.

Dan di tahun-tahun berikutnya, Ka’bah juga pernah mengalami perbaikan, semisal di masa Abdullah bin Zubair, Hajjah bin Yusuf, Amir Syarif Mas’ud bin Idris atas ijin Sultan Murad Khan dan seterusnya. Dan kini, Ka’bah berada di area Masjidil Haram yang telah mengalami perluasan yang luar biasa. Masjid ini mampu menampung sekitar 2 jutaan jamaah. MashaAllah. 

Sebagai penutup, biar makin rajin berdoa, rajin menabung, berikut ada hadist Nabi Muhammad ﷺ, beliau ﷺ bersabda, “ Satu kali shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih besar pahalanya daripada 1000 kali shalat di masjid yang lain, kecuali di Masjidil Haram. Satu kali shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 kali sholat di masjid lainnya” (HR. Ahmad)    

Nah, bagaimana? Makin semangat tuk berdoa dan menabung?

Semoga Allah subhânahu wa ta’ala kabulkan hajat kita semuanya untuk ziarah ke Makkah Madinah, menunaikan ibadah umrah ataupun haji. Âmîn yâ rabbal’âmîn.


Rujukan: 

The Amazing Islamic Legacy, Alquranulkarim Cordoba


Senin, 12 Mei 2025

Masuk Surga Karena RahmatNya Bukan Karena Amal, Benarkah?

Betulkah nanti di akhirat, seseorang masuk surga bukan karena amal shalihnya, tapi karena rahmatNya Allah subhânahu wa ta'ala?. Lantas, untuk apa Allah subhânahu wa ta'ala menyeru hambaNya yang beriman untuk beramal shalih?

Nah, untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut, harus diketahui keterkaitan antara amal shalih, rahmatNya dan surga.

Amal Shalih

Orang beriman dan amal shalih dalam ayat Alquran seringnya beriringan. Misalnya dalam ayat berikut ini. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۤ اَبَدًا ۗ وَعْدَ اللّٰهِ حَقًّا ۗ وَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ قِيْلًا

"Dan orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?" (QS. An-Nisa' 4: Ayat 122)

Di ayat yang lain, Allah subhânahu wa ta'ala berfirman;

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ

"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh (bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 9)

Dua ayat ini cukup mewakili untuk menjadi pembahasan, karena ayat-ayat Allah subhânahu wa ta'ala tidaklah berseberangan satu dengan lainnya dalam perkara yang sama, semisal terkait orang beriman dan amal shalih.

Amal shalih hanya bisa dikerjakan oleh orang beriman saja. Kenapa? Karena shalihnya suatu perbuatan atau amal itu mengharuskan dilakukan karena Allah subhânahu wa ta'ala dan amal itu sesuai dengan syariat. Dalam sebuah hadist Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda; 

"Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Tiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan atasnya. Siapa yang berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya..." (HR. Bukhari)

Dalam hadist yang lain Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda;

" Siapa yang beramal dengan suatu amal tanpa dasar perintah dari Kami, maka ia tertolak" ( HR. Muslim)

Dua ketentuan tersebut harus ada pada diri seseorang yang beramal apabila ingin amalnya menjadi amal shalih. Tidak bisa hanya ada salah satunya saja. Bila demikian, amal shalih tidak mungkin dilakukan oleh orang kafir maupun musyrikin. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَا لُهُمْ وَلَاۤ اَوْلَا دُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْــئًا ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang kafir, baik harta maupun anak-anak mereka, sedikit pun tidak dapat menolak azab Allah. Mereka itu penghuni neraka, (dan) mereka kekal di dalamnya." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 116)

مَثَلُ مَا يُنْفِقُوْنَ فِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيْحٍ فِيْهَا صِرٌّ اَصَا بَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوْۤا اَنْفُسَهُمْ فَاَ هْلَكَتْهُ ۗ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰـكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

"Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 117)

Sampai disini dapat disimpulkan, hanya orang beriman yang bisa melakukan dan menabung amal shalih. 

Rahmat Allah subhânahu wa ta'ala dan Surga

Rahmat Allah subhânahu wa ta'ala ada yang Allah subhânahu wa ta'ala berikan kepada hambaNya saat di dunia dan ada yang di akhirat. Rahmat Allah subhânahu wa ta'ala apabila diberikan di dunia, ada beberapa bentuknya. Diantaranya adalah diselamatkan hambaNya tersebut dari tipu daya setan, sebagaimana di ayat berikut ini. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

... وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَا تَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا

"... Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu)." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 83)

Rahmat Allah subhânahu wa ta'ala di dunia, bisa pula diberikan kepada hambaNya sehingga hambaNya tersebut memiliki akhlaq mulia. Misalkan sebagaimana di ayat berikut ini. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَا عْفُ عَنْهُمْ وَا سْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَ مْرِ ۚ فَاِ ذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

"Maka berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 159)

Nah, sebelum membahas rahmat Allah subhânahu wa ta'ala di akhirat, ada hal yang harus dipahami, bahwa akhirat bukan tempat manusia beramal lagi. Sehingga tidak ada tuntutan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah subhânahu wa ta'ala di akhirat. 

Akhirat adalah alam kekal, alam pembalasan amal, alam manusia memanen balasan dari hasil jerih payah dia selama di dunia dan alam pemenuhan janji Allah subhânahu wa ta'ala kepada hamba-hambaNya. Dan Allah subhânahu wa ta'ala menetapkan alam akhirat hanya ada dua, yaitu surga atau neraka. 

Kekekalan alam akhirat sebagaimana telah dikabarkan Allah subhânahu wa ta'ala di ayat berikut ini. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ 

"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk."

جَزَآ ؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۤ اَبَدًا ۗ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ

"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya." (QS. Al-Bayyinah 98: Ayat 7-8)

Di ayat tersebut, diterangkan bahwa mereka yang di akhirat masuk surga, mereka kekal di dalamnya.

Di ayat lain, Allah subhânahu wa ta'ala berfirman;

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَ الْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَا رِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ اُولٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ 

"Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk."(QS. Al-Bayyinah 98: Ayat 6)

Di ayat tersebut diterangkan, bahwa mereka orang-orang kafir, di akhirat masuk neraka dan mereka kekal di dalamnya. 

Kekekalan hidup di akhirat juga diterangkan dalam hadist, diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallâhu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bila penghuni surga menempati surga dan penghuni neraka menempati neraka, kematian didatangkan hingga diletakkan antara surga dan neraka, setelah itu disembelih lalu penyeru menyerukan, "Wahai penghuni surga, tidak ada kematian, dan wahai penghuni neraka, tidak ada kematian" Penghuni surga semakin senang dan penghuni neraka semakin sedih" (HR. Muslim)

Adapun akhirat alam pembalasan amal adalah sebagaimana Allah subhânahu wa ta'ala terangkan dalam ayatNya berikut ini;

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَا تَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللّٰهِ ۗ ثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

"Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 281)

Adapun akhirat sebagai alam manusia memanen balasan dari hasil jerih payah dia selama di dunia sebagaimana Allah subhânahu wa ta'ala terangkan di ayatNya berikut ini, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَاِ نَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّا رِ وَاُ دْخِلَ الْجَـنَّةَ فَقَدْ فَا زَ  ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا مَتَا عُ الْغُرُوْرِ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 185)

Adapun akhirat sebagai alam pemenuhan janji Allah subhânahu wa ta'ala kepada hamba-hambaNya adalah sebagaimana Allah subhânahu wa ta'ala terangkan dalam ayatNya berikut ini, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۤ اَبَدًا ۗ وَعْدَ اللّٰهِ حَقًّا ۗ وَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ قِيْلًا

"Dan orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?" (QS. An-Nisa' 4: Ayat 122)

Lantas, rahmat Allah subhânahu wa ta'ala di akhirat berupa apa? 

Diterangkan dalam tafsir Ibnu Katsir ketika menjelaskan tafsir QS. Al Jasiyah ayat 30. Bahwa Allah subhânahu wa ta'ala berfirman kepada surga, "Engkau adalah rahmatKu, melalui engkau Aku akan merahmati orang-orang yang Aku kehendaki". 

Jadi, rahmat Allah subhânahu wa ta'ala di akhirat salah satunya berupa surga itu sendiri. Dan rahmat berupa surga ini diberikan Allah subhânahu wa ta'ala kepada orang-orang yang dikehendakiNya. Dan siapa orang-orang yang dikehendaki Allah subhânahu wa ta'ala tersebut? Mereka adalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya berikut ini;

فَاَ مَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِيْ رَحْمَتِهٖ ۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِيْنُ

"Maka adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka Tuhan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Demikian itulah kemenangan yang nyata." (QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 30)

Dengan demikian, di akhirat kelak, orang-orang kafir tidak mungkin dikehendaki Allah subhânahu wa ta'ala mendapatkan rahmat berupa surga ini. Karena Allah subhânahu wa ta'ala dalam banyak ayatNya telah menerangkan mereka sebagai penghuni neraka selamanya.

Lantas bagaimana dengan hadist Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam berikut ini? 

Diriwayatkan oleh Aisyah radiyallâhu 'anha Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, " Perbaikilah diri kalian, dekatkanlah diri kalian kepada Allah, dan sampaikanlah kabar yang menyenangkan. Sesungguhnya amal seseorang tidak bisa memasukkanya ke dalam surga". Maka para sahabat bertanya, "Termasuk Engkau juga ya Rasulullah?". Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam menjawab; "Ya termasuk amalku juga, kecuali jika Allah mencurahkan rahmatNya kepadaku. Ketahuilah bahwa amal yang paling disukai Allah adalah amal yang dikerjakan terus-menerus walaupun sedikit" (HR Muslim)

Hadist tersebut semakin mempertegas bahwa di akhirat kelak, rahmat Allah subhânahu wa ta'ala diberikan kepada hambaNya yang beriman dan beramal shalih. Untuk itulah Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam mendorong umatnya untuk beramal shalih dengan mengerjakannya secara terus menerus walau sedikit.

Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara hadist tersebut dengan ayat-ayat Alquran. Dengan beriman dan beramal shalih inilah orang-orang beriman akan meraih rahmatNya Allah subhânahu wa ta'ala yaitu masuk surga sebagai pemenuhan janji diantaranya telah disebutkan dalam QS. An Nisa' ayat 122 dan QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 30 di atas. 

Dan rahmat Allah subhânahu wa ta'ala ini sangat luas, hingga setiap yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, akan masuk surga. Adapun apabila ada orang beriman, tapi masuk neraka, maka keberadaan mereka di neraka tidak kekal di dalamnya. Dengan rahmat Allah subhânahu wa ta'ala mereka akan dipindah ke surga.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, "Tidaklah seorang hamba mengucapkan laa ilâha illallâhu kemudian dia meninggal dunia dalam keadaan seperti itu, melainkan ia akan masuk surga..." (HR Muslim)

Kesimpulan

Amal-amal shalih yang dikerjakan orang beriman saat di dunia adalah melaksanakan perintah Allah subhânahu wa ta'ala dan RasulNya, sekaligus sebagai jalan usaha untuk mendapatkan ridha dan rahmat Allah subhânahu wa ta'ala di dunia dan di akhirat kelak. Dan rahmat Allah subhânahu wa ta'ala berupa surga di akhirat adalah suatu yang pasti diberikan kepada hambaNya yang beriman dan beramal shalih.

Wallâhua'lam bis shawâb

Kamis, 24 April 2025

Berpikir

Bila manusia berhenti berpikir, maka itu tanda kematian. 

Bisa kematian total yaitu dicabutnya nyawa.

Bisa kematian fungsi akalnya saja, dengan raga yang hidup, sebagaimana yang dialami orang gila.


Berpikirlah selama masih hidup.

Berpikir itu perintah Rabb yang menganugerahi manusia akal.

Aktivitas akal adalah berpikir.

Selama akal tidak dicabut potensinya untuk berpikir, maka ya digunakan untuk berpikir.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَهُمْ يَصْطَرِخُوْنَ فِيْهَا  ۚ رَبَّنَاۤ اَخْرِجْنَا نَـعْمَلْ صَا لِحًـا غَيْرَ الَّذِيْ كُـنَّا نَـعْمَلُ ۗ اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ النَّذِيْرُ ۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ

"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu." (Dikatakan kepada mereka), "Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun."" (QS. Fatir 35: Ayat 37)


Sebaik-baik berpikir adalah berpikir akan penciptaan alam semesta beserta isinya.

Kemudian memuji alkhaliq penciptanya.

Bahwa semua itu tidaklah diciptakan Allah subhânahu wa ta'ala dengan sia-sia.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَا طِلًا  ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 191)


Setiap apa yang ada di alam semesta ini memiliki nilai.

Walau itu hanya binatang kecil seperti nyamuk. 

Nyamuk bagi orang yang mau berpikir bisa menghantarkan dirinya pada hidayah dan taufiqNya.

Adapun bagi orang yang tidak mau berpikir, malah bisa menghantarkannya pada kesesatan. 


Apa yang diambil nyamuk dari tubuh manusia, tidaklah manusia bisa mengambilnya kembali. 

Ia di kejar, ia terbang.

Kadang berkejaran dengan binatang kecil, demi hasrat ingin membunuhnya.

Diusir, nyamuk lainnya datang, tiba-tiba sudah mengigitnya.


Bila manusia mau berpikir.

Ia akan merasa malu.

Ia akan merasa lemah.

Ia akan merasa lebih kecil dari nyamuk.


Ia akan menemukan hakikat dirinya.

Nyatanya ia tidak bisa mencipta nyamuk.

Nyatanya ia bisa dibuat repot oleh nyamuk.

Nyatanya ia bisa dikalahkan nyamuk.

Nyatanya ia hanya makhluk yang terbatas.


Dari nyamuk, bagi yang mau berpikir akan menemukan ayat-ayat Tuhannya.

Ia akan menemukan kuasa Allah subhânahu wa ta'ala disetiap ciptaanNya.

Dan benarlah bahwa tidaklah ada satupun ciptaan Allah subhânahu wa ta'ala yang dicipta sia-sia.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖۤ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَ مَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَ مَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَا ذَاۤ اَرَا دَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖۤ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَ 

"Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, "Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?" Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 26)

Mensyukuri nikmat akal adalah dengan menggunakannya untuk berfikir. Berfikir yang benar, sehingga menghantarkan kepada kebenaran. Dan kebenaran itu dari Allah subhânahu wa ta'ala, maka membaca, mentadabburi Alquran sebagai kalamNya itu salah satu cara meraih kebenaran itu.

Wallâhua'lam bis shawâb

Rabu, 09 April 2025

Menaruh Perasaan Dimintai Pertanggungjawaban

Rasa, salah satu hal ghaib yang ada pada manusia. Penampakan rasa ini bisa dirasakan tapi ia tidak ada bentuknya. Beda dengan organ semisal jantung, meski di dalam tubuh, ia bisa dipotret bentuknya. Apakah kemudian, jika seseorang suka atau benci dengan suatu hal, kemudian beramal sebagai penampakan dari rasa suka atau bencinya itu, diciptakan oleh Allah subhânahu wa ta'ala ataukah manusia sendiri?

Pertanyaan ini mencakup perbuatan Allah subhânahu wa ta'ala. Berarti harus dicarikan jawaban dari Alquran, sebagai kalamullah.

Pertama, bahwa Allah subhânahu wa ta'ala telah menciptakan hati dengan potensi hati sebagai tempatnya perasaan dan berfikir (Qs. Al A'raf: 179). Berarti di dalam hati setiap manusia mengandung perasaan seperti suka, benci, dan perasaan lainnya. Dengan demikian, perasaan itu adalah ketetapan (qadar) yang Allah subhânahu wa ta'ala ciptakan dan tetapkan ada pada hati.

Perasaan-perasaan tersebut akan muncul ketika ada hal yang merangsang kemunculannya. Dan rangsangan itu didapat manusia saat berinteraksi dengan manusia, hewan ataupun benda. Dari yang dilihat, didengar, dipegang, dibau, bisa memunculkan perasaan tertentu, bisa suka, benci, dan lainnya.

Dan ketika manusia menaruh perasaan tertentu setelah berinteraksi, maka Allah subhânahu wa ta'ala mengetahui hal itu. Dan jika sudah nampak, penampakan dari rasa tersebut, berarti ya demikianlah yang diridai Allah subhânahu wa ta'ala dan demikian pula yang tertulis dalam lauh mahfuzNya. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

قُلۡ إِن تُخۡفُواْ مَا فِي صُدُورِكُمۡ أَوۡ تُبۡدُوهُ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُ ۗ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٞ

"Katakanlah, "Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya." Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 29)

وَمَا تَكُونُ فِي شَأۡنٍ وَمَا تَتۡلُواْ مِنۡهُ مِن قُرۡءَانٍ وَلَا تَعۡمَلُونَ مِنۡ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيۡكُمۡ شُهُودًا إِذۡ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعۡزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثۡقَالِ ذَرَّةٍ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِي ٱلسَّمَآءِ وَلَآ أَصۡغَرَ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكۡبَرَ إِلَّا فِي كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

"Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat Al-Qur'an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di Bumi maupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." (QS. Yunus 10: Ayat 61)

Kedua, karena rasa sebagai ciptaan Allah subhânahu wa ta'ala maka manusia tidak dapat jatah pahala ataupun dosa. Adapun amalnya rasa ini yang akan dimintai pertanggungjawaban. Kepada apa sukanya? Kepada apa bencinya?. Karena apa sukanya? Karena apa bencinya?. 

Misalnya seseorang benci pada kejahatan, karena kejahatan itu dibenci Allah subhânahu wa ta'ala. Maka benci seperti ini adalah benci yang benar, berbalas pahala. Misalnya seseorang suka pada kemaksiatan atau kejahatan, karena nafsu atau terbawa pengaruh teman, maka suka seperti ini tidak benar, maka berbalas dosa.

Allah subhânahu wa ta'ala berfirman;

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

"Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 31)

كُلُّ ذَٰلِكَ كَانَ سَيِّئُهُۥ عِندَ رَبِّكَ مَكۡرُوهًا

"Semua itu kejahatan sangat dibenci di sisi Tuhanmu." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 38)

وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡئُولًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)

Berdasarkan ayat 36 surah al Isra' tersebut, dapatlah kita peroleh kaidah bahwa perbuatan hati ataupun lahiriah itu harus terikat dengan hukum syara' karena ada pertanggungjawabannya. Artinya akan dikenai balasan dosa ataukah pahala.

Hal ini berbeda dengan pemaknaan ayat terkait Allah subhānahu wa ta'ala pencipta segala apa yang ada di alam semesta ini.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعًا ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّىٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ

"Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 29)

Kata مَّا pada ayat tersebut adalah isim mausul mewakili benda (dzat yang bisa dipegang, dilihat) bukan perbuatan manusia. Dan berposisi sebagai maf'ul (objek). Sehingga semua yang ada di alam ini diciptakan Allah subhânahu wa ta'ala untuk manusia, untuk dimanfaatkan manusia. Dari sini dapat diperoleh hukum bahwa asal semua benda itu untuk manusia, boleh dimanfaatkan manusia kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

Dan atas apa yang diciptakan Allah subhânahu wa ta'ala itu, manusia tidak dimintai pertanggungjawaban, juga tidak mendapatkan pahala ataupun dosa. Adapun perbuatan manusia atas benda itulah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Digunakan untuk apa dan bagaimana mendapatkannya, itu yang akan dipertanggungjawabkan. 

Dari uraian ini, berarti sudah diperoleh perbedaan antara hukum benda dan perbuatan manusia. 

Ketiga, bila amalnya rasa itu dimintai pertanggungjawaban berarti ada balasan dosa dan pahala. Sedangkan pahala dan dosa itu hanya diberikan kepada apa yang dilakukan, dikerjakan, diperbuat manusia di bawah pikiran sadarnya, bukan dalam kondisi hilang akalnya, bukan pula dalam kondisi terpaksa demi menyelamatkan dari kematian. 

Dengan demikian, terjawablah pertanyaan apakah jika seseorang menyukai sesuatu atau membenci sesuatu itu atas kehendaknya sendiri atau diciptakan Allah subhânahu wa ta'ala? Jawabannya, Allah subhânahu wa ta'ala adalah pencipta hati dengan potensi perasaan di dalamnya, adapun manusia saat menaruh perasaan pada sesuatu adalah buah ikhtiarnya ketika berinteraksi dengan lainnya.

Keempat, berdasarkan firman Allah subhânahu wa ta'ala berikut ini,

يَمۡحُواْ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثۡبِتُ ۖ وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلۡكِتَٰبِ

"Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuz)." (QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 39)

Berdasarkan ayat tersebut, berarti amalnya perasaan, misal menyukai sesuatu atau membenci sesuatu atau lainnya bisa terwujud ketika Allah subhânahu wa ta'ala mengizinkan terjadinya. Dan setelah terjadi, berarti itulah yang diridai Allah subhânahu wa ta'ala dan yang tertulis dalam lauh mahfuzNya.

Kelima, dengan runtutan demikian, maka benarlah jika Allah subhânahu wa ta'ala menyuruh hambaNya untuk berusaha dan berdoa. Karena manusia tidak mengetahui apa yang tertulis di dalam lauh mahfuzNya. 

Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda; "Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tidak ada yang menambah umur kecuali kebaikan" (HR. Tirmidziy)

Berdoa, supaya perasaannya adalah perasaan yang benar yang diridai Allah subhânahu wa ta'ala, jatuh pada hal yang diridai Allah subhânahu wa ta'ala. 

Adapun usaha, adalah berusaha menjaga perasaannya dari hal yang dibenci Allah subhânahu wa ta'ala kepada apa yang diridai Allah subhânahu wa ta'ala.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَلَا تَتَمَنَّوۡاْ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٞ مِّمَّا ٱكۡتَسَبُواْ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٞ مِّمَّا ٱكۡتَسَبۡنَ ۚ وَسۡئَلُواْ ٱللَّهَ مِن فَضۡلِهِۦٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمًا

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 32)

Dengan demikian, usaha dan doa yang manusia lakukan, secara tidak langsung adalah upaya memohon ditetapkannya pada kebaikan dan ketaatan, sekaligus upaya mengungkap apa yang tercatat dalam lauh mahfuzNya. Dan pada usaha serta doa yang mampu manusia lakukan inilah, seharusnya menjadi konsentrasi manusia, karena usaha dan doanya akan dimintai pertanggungjawaban dan berbalas dosa atau pahala. 

Khatimah

Cukuplah ayat berikut ini sebagai penutupnya.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

يُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَا رِ وَيُوْلِجُ النَّهَا رَ فِى الَّيْلِ ۗ وَهُوَ عَلِيْمٌ بِۢذَا تِ الصُّدُوْرِ

"Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati."(QS. Al-Hadid 57: Ayat 6)

Wallâhua'lam bis shawâb

Senin, 31 Maret 2025

Semoga Bertemu Ramadan Lagi

 

Kedatangannya ditunggu terasa lama

Setelah tiba, begitu cepat berlalu

Tiba-tiba sudah Hari Raya Idul Fitri

Baru bertanya, kemana dan untuk apa waktu sebulan itu


Tiap diri bisa menghisab dirinya

Merenung apa yang telah dilakukannya

Diisi dengan apa saja

Ramadan yang sebulan itu


Obral pahala dan persaingan diantara hamba

Bersaing meraih pahala dan ridaNya


Bila melihat mereka yang tekun, tersentuhkah hati ingin seperti mereka

Bila melihat mereka yang tiada lelah mengais riski dalam kondisi berpuasa, menjadikan bersyukurkah kita dengan kondisi diri?

Bila melihat mereka yang bisa beri'tikaf, tersipukah hati melihat diri

Bila melihat mereka yang ringan mengulurkan tangan, sudahkah hal itu juga ada pada diri?

Dan amal-amal shalih lain yang dilihat dari orang lain, terketukkah diri kita?


Ramadan harusnya bisa memperbaiki apa-apa yang masih keliru

Ramadan harusnya bisa membentuk pribadi yang bertakwa

Bertakwa lisannya

Bertakwa perbuatannya

Bertakwa pikirannya

Bertakwa perasaannya


Kini, syawal dalam perjalanannya

Syawal bulan peningkatan

Tapi bukan dimaksud meningkat nafsu makannya setelah sebulan puasa

Melainkan meningkat, tidak kendur ibadah dan amal shalihnya


Nah, inilah sebenarnya awal yang berat itu

Dari syawal ini

Berat

Allah subhânahu wa ta'ala mengecek hamba-hambaNya

Siapa-siapa yang sukses menjadikan Ramadan benar-benar membentuk habit takwa


Ya Allah ya karîm

Sungguh berat

Tanpa ridaMu dan pertolonganMu

Tiadalah kami mampu istiqamah dalam taat


Ya Allah ya karîm

Masukkanlah kami ke dalam golongan 

yang Engkau ridai dan Engkau tunjuki

Pilihlah kami ya Allah

Tetapkanlah kami di atas ketaatan itu

Hingga masa kembali ke haribaanMu

Dan pertemukanlah kami dengan Ramadan berikutnya

Âmîn yâ rabbal'âlamîn

Selasa, 25 Februari 2025

Diantara Ayat dan Hadist Terkait Ramadan

Allah subhânahu wa ta’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur”. (QS. Al Baqarah: 185)

Ketika Ramadan tiba, Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam biasanya memberikan kabarnya kepada para sahabatnya dengan sabdanya, “ Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan keberkahan. Allah subhânahu wa ta’ala mengunjungi kalian pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa. Allah subhânahu wa ta’ala melihat berlomba-lombanya kalian pada bulan ini, dan Dia membangga-banggakan kalian kepada para malaikatNya. Maka tunjukkanlah kepada Allah subhânahu wa ta’ala hal-hal yang baik dari diri kalian. Karena orang yang sengsara adalah orang yang tidak mendapatkan rahmat Allah subhânahu wa ta’ala di bulan ini". (HR. Tabrani)


Mari menyambut rahmat Allah subhânahu wa ta’ala dengan melakukan ibadah dan amal kebaikan. Ada aneka ragam ibadah yang bisa dilakukan umat Islam di bulan Ramadan ini.  

Di bulan ini, diwajibkan berpuasa bagi orang-orang beriman. Allah subhânahu wa ta’ala berfirman;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ 

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Albaqarah: 183)

Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bahwasannya Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, “ Setiap amal anak Adam, adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman, “Kecuali puasa itu untuk Aku, dan Aku yang langsung membalasnya, Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena Aku” (HR. Bukhari Muslim) 


Puasa yang dilakukan orang beriman ibarat membangun pagar untuk keselamatan dirinya dari buruknnya akhlaq, buruknya hubungan dengan sesama muslim, dan dari siksa api neraka. 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya puasa adalah benteng. Maka (ketika berpuasa) jangan berkata kotor, dan jangan berbuat bodoh. Jika ada orang yang mengajaknya bertengkar atau mencelanya, maka hendaklah ia berkata, “ Sesungguhnya aku puasa” dua kali” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, " Puasa dalah benteng dari Neraka, sebagaimana benteng salah seorang kalian dalam peperangan” (HR. Ibnu Majah)


Unsur pengganggu orang-orang beriman di bulan Ramadan inipun berkurang. Sehingga peluang beramal shalih, berbuat kebaikan lebih mudah, lebih terbuka.   

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, “Pada bulan ini para jin jahat diikat, sehingga tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya” (HR. Ahmad)


Shalat sunnah terawih yang didirikan seorang muslim memiliki dimensi yang membawa kemaslahatan bagi dirinya, jika dikerjakan berjamaah membentuk persatuan sesama muslim dan syiar yang luar biasa. 

Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mendirikan shalat malam di bulan Ramadan (terawih) karena iman dan mengharap pahala dari Allah subhânahu wa ta’ala niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Mutafaqun ‘alaih)

Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hendaklah kalian mendirikan shalat malam, karena ia adalah tradisi orang-orang shalih sebelum kalian. Sungguh shalat malam mendekatkan diri kalian kepada Rabb kalian, menghapuskan kesalahan, menjaga diri dari dosa dan mengusir penyakit dari tubuh” (HR. Tirmidzi)


Di bulan Ramadan, Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam memberikan teladan dalam hal berinfaq, bersedekah. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwasanya kedermawanan Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadan melebihi angin yang berhembus.

Di bulan ini, Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam memberikan teladan dalam hal membaca Alquran. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim bahwasannya Malaikat Jibril mendatangi Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam setiap malam Ramadan untuk membacakan Alquran.

Dan disepuluh hari terakhir beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam memberikan teladan dalam hal i’tikaf.


Sungguh dari semua bentuk ibadah tersebut jika dikerjakan dengan landasan iman dan pengharapan akan rida dan pahala dari Allah subhânahu wa ta’ala bisa membentuk pribadi yang bersih. Bersih hatinya, bersih pikirannya, bersih lisannya, bersih perbuatannya dari hal yang dibenci Allah subhânahu wa ta’ala, yang kemudian terwujudlah tujuan diperintahkannya berpuasa yaitu agar kalian bertakwa.    


Dan kita berlindung kepada Allah subhânahu wa ta’ala dari golongan orang yang disebutkan dalam hadist berikut ini;

Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang tidak mendapatkan kebaikan Ramadan maka ia benar-benar telah diharamkan" (dari kebaikan)” (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, “Orang celaka adalah yang tidak mendapatkan rahmat Allah pada bulan ini” (HR. Tabrani)


Ya Allah yâ rahmân yâ rahîm, mudahkanlah hati kami menerima perintah puasa di bulan Ramadan ini, menerimanya dengan iman dan melaksanakannya dengan ihtisab (pengharapan) akan rida, pahala dan ampunan dari Mu. 

Ya Allah yâ rahmân yâ rahîm, mudahkanlah dan bantulah kami untuk mengisi waktu-waktu di bulan Ramadan ini dengan amal yang Engkau ridai dan lindungilah kami dari kelalaian dan keterlenaan

Ya Allah yâ rahmân yâ rahîm, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang memperoleh kebaikan, rahmat, ampunan, di bulan Ramadan ini, dan keluar darinya menjadi hamba yang suci dan siap mengarungi hari-hari berikutnya dengan iman dan takwa. 

Ya Allah yâ hayya yâ qayyum, lindungilah dan tolonglah seluruh kaum muslimin dimanapun mereka berada, dari kejahatan dirinya, manusia lainnya, ataupun dari kejahatan orang-orang kafir maupun musyrikin. Dan muliakanlah umat ini sehingga bisa menjadi umat terbaik sebagaimana Engkau sebutkan dalam firmanMu.

Âmîn âmîn yâ rabbal’âlamîn.

Dipun Waos Piantun Kathah